Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Sofyan A. Djalil mengatakan, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) tetap akan ditutup, meskipun kinerja BUMN itu amat sehat dengan capaian laba 2007 sebesar Rp1,258 triliun. "Realisasi kinerja PPA 2004 hingga sekarang mencapai Rp15 triliun dari yang ditargetkan Rp7,9 triliun. Ini melebihi target dan relatif sangat bagus. Namun sesuai mandat Menteri Keuangan, PPA akan ditutup," kata Sofyan Djalil, di Jakarta, Senin, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR. Dikatakannya, PPA bahkan meraup laba bersih sebesar Rp1,258 triliun pada akhir tutup buku 2008. PPA juga merupakan penyumbang dividen aktif, dengan setoran dividennya sebesar Rp843 miliar pada 2007. "Dari laporan keuangan PPA selalu dikategorikan BUMN yang sehat," katanya. Namun, karena mandatnya akan segera berakhir pada Juni 2008, maka PPA diputuskan akan tetap ditutup. "Mandat akan segera berakhir dan Menteri Keuangan sudah meminta jangan sampai PPA membebani sehingga akan ditutup," katanya. Menteri mengatakan, saat ini PPA tengah dikaji konsultan independen terkait keberadaannya. "Meski begitu kita akan tetap manfaatkan aset PPA yang sangat potensial, termasuk kemampuan orang-orangnya yang harus kita pertahankan," katanya. Ia mengatakan, pihaknya kemungkinan akan membentuk PPA atau BUMN serupa dengan pola yang baru. "Pada dasarnya kita masih tetap memerlukan jenis fungsi itu (PPA) untuk merestrukturisasi distres aset," katanya. Untuk kepentingan itu, Kementerian Negara BUMN menunjuk konsultan independen terkait nasib PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), meskipun sebelumnya sempat ditugaskan untuk mengelola aset BUMN yang merugi. PPA dijadwalkan akan menyelenggarakan RUPS pada Juni 2008. Sesuai dengan peraturan, perusahaan tersebut memang harus dibubarkan. Sebelumnya, Kemeneg BUMN sempat mewacanakan untuk tidak membubarkan PPA, tetapi akan menugaskan BUMN tersebut untuk mengelola aset BUMN yang merugi, termasuk perusahaan yang berkinerja buruk. Hal itu dilakukan karena pihaknya memerlukan "second opinion" dan tidak mungkin menyerahkan nasib PPA kepada internal manajemen. Menurut catatan Kemeneg BUMN, perusahaan yang mengalami defisit pada 2008 diperkirakan 11 perusahaan, meski jum;lahnya menurun dibandingkan prognosa 2007 sebanyak 28 BUMN, dengan total kerugian Rp2,94 triliun. Dari tahun ke tahun BUMN yang merugi terus menurun. Tercatat pada 2005 total nilai kerugian BUMN sekitar Rp5,83 triliun, pada 2006 turun menjadi Rp3,80 triliun, dan pada 2007 turun menjadi Rp2,94 triliun (prognosa). (*)
Copyright © ANTARA 2008