Jakarta, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar investasi yang ditanamkan para investor di Indonesia tidak hanya mementingkan kepentingan jangka pendek yang dapat membahayakan kepentingan jangka panjang. Dalam pidatonya pada pembukaan Indonesia Regional Investment Forum (IRIF) 2008 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin, Presiden meminta agar investasi dilakukan secara bijak dan tidak membahayakan masa depan. "Saya anjurkan kita gunakan kesempatan ini untuk menemukan cara berinvestasi yang bijak. Bagaimana berinvestasi menurut cara yang terbaik agar anak cucu kita tidak menyesali keputusan kita," tutur Presiden dalam pidatonya yang berbahasa Inggris. Investasi yang dilakukan, lanjut Presiden, harus dengan cara yang tidak membahayakan dan mengorbankan masa depan planet bumi hanya untuk keuntungan semata. "Dalam kondisi dunia yang kekurangan pangan dan terus meroketnya harga energi, mari jadikan forum investasi ini sebagai `forum hijau`," ujarnya. Dalam acara IRIF 2008 yang diselenggarakan oleh Global Initiative dan diprakarsai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu, pemerintah daerah menawarkan 200 proyek dengan nilai hampir 19 miliar dolar AS kepada para investor. Jumlah itu dua kali lipat dibanding nilai yang ditawarkan pada forum yang sama pada 2006. Untuk menerapkan kebijakan pemerintah yang pro pertumbuhan, peningkatan penciptaan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan di tengah kondisi krisis, Presiden mengatakan kerjasama pemerintah daerah dengan para investor merupakan faktor yang menentukan. Krisis pangan yang melanda dunia, lanjut Presiden, telah membuka kesempatan bagi para investor untuk berusaha di bidang pangan karena Indonesia diberkahi dengan tanah luas yang subur. "Dengan kebijakan yang tepat, teknologi yang tepat, kerjasama yang baik, dan investasi yang tepat, Indonesia dalam jangka menengah dapat menjadi penghasil pangan utama di dunia," tuturnya. Kepada para investor dan kepala daerah, Presiden meminta agar tidak melupakan tanggungjawab sosial kepada masyarakat lokal dan juga kebutuhan pasar lokal. Presiden juga meminta agar investor menyediakan program pelatihan kepada pekerja lokal sehingga tercipta lingkungan kondusif yang memungkinkan investasi jangka panjang. Indonesian Regional Investment Forum (IRIF) 2008 diselenggarakan oleh Global Initiatives dan diprakarsai oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dalam forum itu, sejumlah pengusaha kelas dunia akan menuturkan cerita sukses mereka di hadapan seribu perserta IRIF, seperti mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, yang memiliki perusahaan jaringan telepon bergerak terbesar di Thailand, Komisaris Utama Sima Darby Tun Musa Hitam dan CEO Khazanah Nasional Dato Azman dari Malaysia. Beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu juga menjadi pembicara dalam sesi seminar, seperti Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Meneg BUMN Sofyan Djalil. Dalam forum itu, para kepala pemerintahan daerah di beberapa wilayah di Indonesia menawarkan 200 proyek kepada investor, di antaranya proyek di sektor agribisnis, perkebunan dan biofuel, infrastruktur, minyak dan gas, pertambangan dan energi, properti, serta wisata. Untuk sektor agribisnis, terdapat 40 proyek yang diajukan oleh pemerintah daerah, di antaranya industri pengolahan ikan di Sumatera Barat, serta perkebunan dan teh di Jawa Barat. Sedangkan untuk bidang infrastruktur, terdapat 44 proyek, di antaranya pembangunan penyulingan minyak di Bojonegara, jembatan Penajam-Balikpapan, jembatan Batam-Bintan, terminal agribisnis Balaraja, bendungan Karian, jalan tol Cilegon-Bojonegoro, pelabugan internasional Bojonegoro, pelabuhan Kaliwungu di Kendal, pelabuhan Maloy dan Bandara Samgkimah di Kutai Timur. Kabupaten Dumai, Riau, juga menawarkan proyek sistem jaringan kereta api dan kawasan industri, dan Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, menawarkan proyek pembangunan terminal peti kemas internasional. Di sektor pertambangan dan energi, ditawarkan proyek pembangkit geothermal Cisukarame, Cisolok, dan Tampomas di Jawa Barat, pembangkit listrik tenaga uap Lati Berau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dan di Kolese, Kabupaten Bau-Bau, serta pembangkit listrik tenaga air di Kabupaten Kutai Kertanegara dan pembangunan sumber daya air minum dan proyek pertambangan di Tulang Bawang. Nilai proyek terbesar yang ditawarkan oleh pemerintah daerah dalam forum itu adalah pembangunan penyulingan minyak Bojonegara senilai 4 miliar dolar AS, sedangkan nilai proyek terkecil adalah peternakan di Sulawesi Tengah senilai 81 ribu dolar AS. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008