Kendati harga fuli pala cukup mahal, namun permintaan ekspor dari Belanda cukup tinggi
Manado (ANTARA) - Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengekspor fuli pala atau kulit pembungkus biji pala ke Belanda pada akhir bulan Agustus 2019, menyusul permintaan sangat tinggi.
"Kendati harga fuli pala cukup mahal, namun permintaan ekspor dari Belanda cukup tinggi," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Darwin Muksin di Manado, Kamis.
Darwin mengatakan kali ini Sulut mengekspor fuli pala ke Belanda hanya 10 ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 187.300 dolar AS.
Dia mengatakan jika dikonversi ke rupiah, Belanda membeli fuli pala dengan harga lebih tinggi yakni sebesar Rp262.220 per kilogram, dibandingkan di sentra perdagangan Kota Manado hanya Rp200.000 per kilogram.
Permintaan akan fuli pala dari negara tersebut akan berlanjut terus, sehingga ia berharap petani dan pengekspor di Sulut harus memanfaatkan dengan baik.
"Saya harap pasar yang sudah terbuka ini tidak akan disia-siakan oleh pengekspor Sulut," kata Darwin.
Pemerintah akan terus melakukan promosi produk unggulan Sulut, baik di pasar domestik maupun internasional.
"Promosi komoditas unggulan Sulut sebenarnya tidak mudah karena pembeli dari berbagai negara yang memiliki syarat dan ketentuan tersendiri," kata Darwin.
Komoditas pala yang selalu dibeli masyarakat Eropa, Asia, maupun Amerika dari Sulut, yakni berasal dari Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
"Memang produksi biji pala paling banyak di Sulut berasal dari Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan aroma dan kualitas yang memiliki ciri khas tersendiri," katanya.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Ronny Erungan mengatakan saat ini harga fuli pala di Manado sebesar Rp200.000 per kilogram, sedangkan biji pala hanya Rp70.000 per kilogram.
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019