Jakarta (ANTARA News) - Center for Information and Development Studies (Cides) menilai, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tidak pernah belajar dari kesalahannya dalam menangani setiap demonstrasi di kampus dan sikap itu membuktikan mereka tidak berhasil memahami dinamika kebebasan yang ada di kampus. Direktur Eksekutif Cides, Syahganda Nainggolan, di Jakarta, Senin, mengatakan, hal itu membuat tindakan polisi berulang kali melanggar hukum sekaligus masuk kategori pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) serius, apabila berhadapan dengan aksi mimbar bebas mahasiswa di kampus mana pun. "Sikap polisi terhadap gerakan mahasiswa sudah tergolong paranoid serta membahayakan wilayah demokrasi," kata Syahganda, menanggapi penyerbuan aparat polisi Polres Jakarta Selatan di Kampus Universitas Nasional (Unas), Jakarta, pada Sabtu pagi (24/5). Menurut dia, tindakan brutal polisi yang merusak fasilitas kampus, melakukan pemukulan berikut penangkapan sejumlah mahasiswa saat membubarkan aksi demo menolak BBM di kampus Unas dinilai sebagai cermin premanisme polisi yang jauh dari etika hukum dan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. "Cara seperti itu hanya dilakukan polisi dari kekuasaan tirani atau pemerintahan otoriter yang aparat polisinya paranoid serta selalu menangkapi mahasiswa karena takut pada suara kebebasan," kata Syahganda. Area kampus, katanya, merupakan ruang ekspresi moral mahasiswa yang patut dihormati pihak luar dan dengan demikian polisi seharusnya diberi pengetahuan untuk tidak masuk ke dalam kampus membubarkan aksi demo mahasiswa tersebut. Apalagi jika kemudian polisi melakukan tindakan represif yang dibarengi perusakan kampus dan menangkap paksa mahasiswa. "Jadi, memang menyedihkan menyaksikan polisi mengotori kampus secara membabi-buta, seolah-olah kampus merupakan sarang para kriminal atau medan perang bagi polisi," ujarnya, seraya menambahkan bahwa "kewibawaan intelektualitas kampus telah dilecehkan oleh tindakan polisi". Dikatakannya pula bahwa kasus penyerbuan di kampus Unas bisa memicu meluasnya antipati mahasiswa pada polisi di berbagai daerah. "Mahasiswa akan memandang polisi sebagai musuh dalam setiap aksi gerakannya. Hal inilah yang tidak kita inginkan. Karenanya, polisi harus memperbaiki total pendekatannya dalam menangani setiap aksi mahasiswa," ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008