Masyarakat Parmalim mengakui dan percaya akan adanya Tuhan, hanya saja mereka memiliki konsep yang berbeda dengan konsep yang dimiliki agama-agama lain, katanya
Toba Samosir (ANTARA) - Direktur Hubungan Antara Lembaga dan Kerja Sama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Elfrida Herawati Siregar mengatakan, masyarakat penghayat kepercayaan tidak dapat dilepaskan dari Pancasila.
"Penghayat kepercayaan ini juga penganut ideologi Indonesia, yaitu Pancasila," kata Evi di Toba Samosir, Sumatera Utara, Rabu.
Menurut Evi, penghayat kepercayaan adalah pihak yang dapat membuk
"Tidak hanya dilihat dari sila pertama, bahwa sejak jaman dahulu kala masyarakat Indonesia sudah mempercayai adanya kekuatan yang lebih besar, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, namun mereka juga mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang lain," kata Evi.
Baca juga: BPIP akan kembalikan pendidikan Pancasila ke dalam kurikulum
Evi kemudian mencontohkan penghayat kepercayaan Parmalim yang tinggal di Toba Samosir, Sumatera Utara. Evi menyebutkan bahwa masyarakat Parmalim memiliki 16 aturan kehidupan yang isinya merupakan pengamalan Pancasila.
"Masyarakat Parmalim mengakui dan percaya akan adanya Tuhan, hanya saja mereka memiliki konsep yang berbeda dengan konsep yang dimiliki agama-agama lain," katanya.
Masyarakat Parmalim bahkan mengamalkan sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat, tambah Evi.
Baca juga: BPIP: Nilai-nilai Pancasila tidak boleh memudar
Masyarakat Parmalim memiliki aturan bahwa seluruh penghayat Parmalim harus mendapatkan hak yang sama, baik dalam hal pendidikan, hingga memperoleh penghasilan dari produksi pupuk kompos yang dibuat oleh seluruh penduduk Parmalim.
Evi juga mencontohkan upaya masyarakat adat Sunda Wiwitan yang melakukan swasembada pangan sebagai bentuk pengamalan dari Pancasila.
Baca juga: BPIP sebut belajar Pancasila lebih utama di luar kelas
Dua contoh tersebut dikatakannya, membuktikan ada banyak komunitas-komunitas adat yang menunjukkan bahwa Pancasila digali dari bumi Nusantara.
"Bahwa Pancasila bisa diamalkan tidak hanya dalam tataran kontekstual saja, tetapi aplikatif," ujar Evi.
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019