Jakarta, 26/5 (ANTARA) - Kurs rupiah, Senin pagi, melemah sebesar 10 poin menjadi Rp9.335/9.345 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu pada posisi Rp9.325/9.340, karena pelaku pasar masih membeli dolar AS. "Berlanjutnya aksi beli dolar AS oleh pelaku pasar, menyusul keputusan pemerintah menaikkan harga BBM yang diperkirakan para investor akan menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan, inflasi dan kenaikan harga bahan pokok lainnya di dalam negeri," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta. Dikatakannya, kenaikan BBM itu akan menekan pertumbuhan ekonomi nasional, dan memicu laju inflasi 2008 yang diperkirakan akan mencapai 12 persen atau naik dua kalilipat dibanding tahun 2007 yang hanya 6 persen. Namun Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap menjaga rupiah agar tidak terpuruk. Faktor fundamental keuangan akan tetap dijaga oleh BI. Apalagi cadangan devisa BI meningkat tajam yang diperkirakan mencapai 84,4 miliar dolar AS menyusul naiknya harga komoditas di pasar ekspor, tuturnya. Bahkan, lanjut dia, BI kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) untuk menjaga investor asing yang bermain di pasar domestik tetap aktif menempatkan dananya. Hal ini dilakukan agar "spread" bunga rupiah terhadap dolar AS tetap menarik bagi investor asing berkaitan dengan laju inflasi yang cenderung meningkat, katanya. BI, menurut dia, menginginkan rupiah tetap berada di bawah posisi Rp9.300 per dolar AS, karena itu otoritas moneter itu akan segera masuk pasar untuk melakukan aksi beli dolar AS di pasar domestik. Karena itu pergerakan rupiah terhadap dolar AS berada dalam kisaran yang sempit antara Rp9.330 sampai rp9.340 per dolar AS, katanya. Ia mengatakan, rupiah pada penutupan sore nanti diperkirakan akan kembali melemah, karena tekanan negatif pasar masih kuat menekan rupiah. Sementara itu dolar AS terhadap yen turun 0,2 persen menjadi 103,15 dan euro naik terhadap dolar AS 1,5700 atau naik 0,2 persen. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008