Los Angeles (ANTARA News) - Setelah melakukan perjalanan selama hampir 10 bulan, pesawat antariksa Phoenix mendarat di permukaan planet merah Mars, Ahad, dalam misi untuk menyelidiki tanda kehidupan, demikian keterangan dari Laboratorium Jet Propulsion (JPL) di NASA. Dengan kecepatan 13.000 mil per jam ketika pesawat antariksa tersebut mencapai atmosfir Mars, Phoenix melakukan pendaratan di dekat kutub utara Mars dengan bantuan parasut dan roket untuk memperlambat laju pesawat antariksa itu. Phoenix mendarat pukul 16:53 PDT (07:53 Waktu Bagian Timur Amerika/Senin, 06:53 WIB), setelah melakukan penerjunan hidup-atau-mati melalui atmosfir tipis Planet Merah tersebut. Peristiwa itu menandai untuk pertama kali satu pesawat antariksa telah dengan sukses mendarat di salah satu wilayah kutub di planet itu. "Ini jauh lebih menakutkan dibandingkan dengan dua penemu Mars," kata kepala ilmuwan antariksa NASA Ed Weiler. Ia merujuk kepada pendaratan terlindung pesawat antariksa Spirit dan Opportunity. "Saya terus berfikir, `saya berharap saya mempunyai kantung udara`." Phoenix, yang tersedot oleh gaya gravitasi Mars, turun dengan kecepatan 12.700 mil per jam (20.400 kilometer per jam) sebelum memasuki atmosfir, yang memperlambat pesawat antariksa sehingga Phoenix dapat melontarkan parasut dan menghidupkan roket agar dapat turun secara perlahan di permukaan Mars. Pengawas penerbangan dan ilmuwan berjuang mengatasi tekanan sewaktu Phoenix menuntaskan perjalanan 10-bulan dengan jarak 423 juta mil. Dalam 14 menit, pesawat itu berubah dari pesawat jelajah antar-planet menjadi stasiun ilmiah yang berdiri bebas. "Banyak orang benar-benar merasa tak nyaman," kata Doug McCuistion, Direktur Program Eksplorasi di JPL, Pasadena, yang mengawasi misi tersebut. Ilmuwan pada 2002 menemukan wilayah kutub Mars memiliki beberapa bendungan luas yang berisi air beku di bawah lapisan tanah dangkal. Phoenix diluncurkan 4 Agustus 2007, untuk mengambil contoh air dan memastikan apakah ada unsur yang tepat bagi kehidupan di Mars. NASA berusaha melakukan pendaratan di kutub selatan Mars pada 1999, tapi masalah selama saat-saat terakhir pendaratan mengakhiri misi itu. Badan antariksa AS membatalkan misi pendaratan berikutnya di Mars tapi berhasil mengirim pesawat antariksa Spirit dan Opportunity ke wilayah ekuator planet tersebut untuk mencari tanda mengenai keberadaan air pada masa lalu. Phoenix diciptakan dari suku-cadang penyelidikan dan misi Polar Lander, yang gagal. Tak seperti pesawat penemu, Phoenix tak menggunakan kantung udara untuk berayung di permukaan planet itu, yang tak layak bagi pesawat antariksa yang lebih besar. Malah, Phoenix, seperti juga pesawat antariksa penyelidik era-1970-an Viking dan misi Polar Lander, yang gagal, menggunakan kumpulan mesin jet untuk menurunkan dirinya ke permukaan dan kaki-lipat untuk mendarat. "Kami tak pernah berhasil mendarat dengan menggunakan kaki dan roket pendorong dalam 32 tahun," kata Weiler. "Ketika kami mengirim manusia ke sana, laki-laki dan perempuan, mereka akan mendarat dengan menggunakan roket dan kaki, jadi penting untuk memperlihatkan bahwa kami masih mengetahui cara melakukannya," demikian laporan Reuters.

Copyright © ANTARA 2008