Depok (ANTARA) - Ahli geofisika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Dr. Eng. Supriyanto, M. Sc. membuat perangkat yang dinamai Earthquake Warning Alert System (EWAS) untuk mendeteksi kehadiran gempa bumi

"Alat ini dirancang khusus sebagai pengganti panca indera manusia, yang mampu mendeteksi kehadiran bencana gempa bumi," kata Supriyanto di kampus Universitas Indonesia di Depok, Kamis.

EWAS, ia menjelaskan, memungkinkan pendeteksian kehadiran gempa bumi secara seketika dan menyampaikan informasi mengenai datangnya gempa dalam waktu kurang dari lima detik kepada warga.

EWAS memanfaatkan sensor getaran, sirene/alarm, dan modul komunikasi gelombang radio untuk mendeteksi getaran dalam kawasan yang luas seperti yang biasa digunakan pada alat komunikasi handy talky.

"Setiap kali terjadi gempa, suara alarm EWAS (bisa) terdengar hingga sudut-sudut desa, sehingga berhasil menyadarkan warga desa untuk secepatnya bereaksi menyelamatkan diri dengan keluar dari bangunan tempat tinggalnya," kata Supriyanto.

Kecepatan deteksi dan penyampaian informasi mengenai gempa memungkinkan warga segera mengamankan diri dan pemangku kepentingan terkait mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi dampaknya.

EWAS, yang membutuhkan daya listrik 20 watt, kini telah dipatenkan serta diproduksi dan dipasang di beberapa daerah di Indonesia.

EWAS telah dipasang di wilayah yang pernah kena dampak gempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dan Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak, Banten.

Cara memasang EWAS tergolong mudah sehingga warga bisa melakukannya sendiri berdasarkan petunjuk pemasangan yang disediakan.

Alat sejenis EWAS yang ada di pasaran harganya relatif mahal karena didatangkan dari luar negeri dan biaya operasional dan perawatannya tinggi.
​​​​​​​
Peneliti Universitas Indonesia membuat EWAS untuk menyediakan perangkat deteksi gempa yang harga serta biaya operasional dan perawatannya lebih rendah.

Guna menyediakan EWAS bagi masyarakat luas, Supriyanto tengah mendirikan sebuah perusahaan rintisan di bidang teknologi Geosinyal yang dikelola oleh dua dosen dan tiga mahasiswa Universitas Indonesia dengan latar belakang ilmu kebumian dan instrumentasi.

Baca juga:
BPPT butuh Rp5 miliar untuk revitalisasi satu buoy pendeteksi tsunami
PVMBG pasang alat pendeteksi gempa di Gunung Guntur

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019