Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Meteorologi maritim Tenau Kupang kembali mengeluarkan peringatan dini terkait gelombang setinggi 3,5 meter di perairan Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang Ota Welly Jenni Thalo kepada wartawan di Kupang, Kamis (29/8) mengatakan bahwa peringatan dini itu berlaku mulai Kamis (29/8) hingga Jumat (30/8) besok.

"Peringatan dini ini berlaku mulai hari ini sampai Jumat (30/8) besok. Oleh karena itu kami berharap bisa diindahkan peringatan inj, demi keselamatan, " katanya.

Selain berpotensi terjadi di Laut Sawu, gelombang setinggi 3,5 meter juga berpotenai terjadi di perairan selatan pulau Sumba dan Samudra Hindia selatan NTT.

Tak hanya di perairan tersebut potensi gelombang tinggi juga terjadi di Selat Sape bagian Selatan, Perairan Selatan Kupang hingga Pulau Rote.

"Kemudian juga di Selat Sumba Bagian Barat, Laut Timor Selatan NTT. Tetapi untuk sejumlah perairan itu gelombang tingginya hanya berkisar dari 1,25 meter hingga 2,5 meter," katanya.

Namun kata dia walaupun tidak setinggi seperti di Laut Sawu namun BMKG mengimbau para pelayar memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran, mulai dari para nelayan, kapal tongkang, kapal ferry, serta kapal kargo atau kapal pesiar. Kemudian warga yang tinggal di pesisir pantai juga diimbau agar mengantisipasi dengan adanya peringatan dini itu.

"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang agar selalu antisipasi," ujarnya.

Welly juga menjelaskan bahwa gelombang tinggi yang terjadi tersebut karena terdapat Tropical Storm PODUL 992 hPa di Laut China Selatan, dengan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya dari Tenggara – Barat Daya dengan kecepatannya mencapai 4 - 25 knot.

Sedangkan di wilayah selatan dari Timur - Tenggara dengan kecepatan anginnya juga berkisar dari 4 - 25 Knot. kemudian kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar bagian selatan, Laut Arafuru, dan Perairan timur Bitung.

"Kondisi inilah yang mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut," ujar Welly.

Baca juga: Gelombang 4 meter berpotensi landa Laut Timor
Baca juga: ASDP Kupang: Gelombang tinggi tak ganggu pelayaran
Baca juga: Gelombang tinggi dipicu perbedaan tekanan udara Australia-NTT

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019