Bogor (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mencanangkan "Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia" dan membuka secara simbolik "Simposium Internasional Pertama Temulawak", di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa (27/5).Ketua Panitia Pelaksana "Simposium Internasional Pertama Temulawak", Prof Dr Latifah K Darusman MS, di Bogor, Minggu, mengatakan, berdasarkan jadwal yang diterimanya, pencanangan dan pembukaan secara simbolik dilakukan Presiden SBY di Istana Negara Jakarta, pada Selasa sekitar pukul 14.00.Sedangkan, pelaksanaan "Simposium Internasional Pertama Temulawak" diselenggarakan di IPB International Covention Center (IICC), Bogor, selama dua hari, pada Selasa (27/5) dan Rabu (28/5). Kemudian pada Kamis (29/5) dilakukan kunjungan lapangan ke kebun percobaan empon-empon milik Departemen Pertanian di Sukabumi.Dikatakannya, simposium akan menghadirkan enam pembicara utama pakar jamu dan obat tradisional dari Eropa, China, India, Jepang, Korea, dan Indonesia. "Melalui simposium ini, Indonesia akan mempromosikan peningkatan pemanfaatan dan penelitian temulawak sebagai obat herbal Indonesia, guna mendukung kesehatan masyarakat internasional," kata Latifah K Darusman, yang juga Kepala Pusat Studi Biofarmaka, IPB. Melalui simposium ini, kata dia, Indonesia akan mencari laporan ilmiah perkembangan pemanfaatan temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb.) di berbagai negara. "Berdasarkan laporan tersebut, bisa diketahui apakah pemanfaatan temulawak di Indonesia saat ini sudah optimal, biasa, atau justru masih tertinggal dibandingkan beberapa negara lainnya," katanya. Dipilihnya temu lawak sebagai obyek utama simposium ini, kata dia, karena berdasarkan hasil survei Pusat Studi Biofarmaka IPB terhadap 609 produk jamu, ternyata paling banyak menggunakan temulawak. "Dari hasil survei tersebut, temulawak digunakan sebagai bahan baku pada sekitar 179 produk jamu dari 609 produk jamu yang disurvei," katanya. Karena itu, sasaran jangka panjangnya, akan menjadikan temulawak sebagai "icon" jamu Indonesia di dunia internasional, seperti halnya ginseng Korea. Dari gelar "Kebangkitan Jamu Indonesia" dan "Simposium Internasional Pertama Temulawak", kata dia, beberapa sasaran yang akan dicapai adalah peningkatkan pasar jamu di dalam negeri dan luar negeri, menggalakkan petani temulawak di berbagai daerah di Indonesia, serta merangsang pertumbuhan usaha dan industri obat tradisional di Indonesia. Diakui Latifah, saat ini ekspor jamu dari Indonesia baru mengisi sekitar lima persen dari pasar jamu internasional. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari ekspor jamu dari China dan India. "Melalui even ini Indonesia berusaha meningkatkan pasar jamu, baik domestik maupun ekspor," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008