Jakarta, (ANTARA News) - Kalangan dunia usaha masih menunggu dan melihat perkembangan daya serap pasar untuk menaikkan gaji para pekerja mereka, menyusul kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Ketua Komite Tetap Bidang Moneter dan Fiskal Kadin Indonesia, Bambang Soesatyo, di Jakarta, Minggu, mengatakan kalangan pengusaha akan menghitung dulu tambahan biaya produksi yang timbul akibat kenaikan harga BBM dan daya serap pasar. "Bagi pengusaha juga berat untuk menambah ongkos makan dan transportasi buruh dan karyawan dalam waktu dekat ini. Apalagi kenaikan gaji," katanya. Ia mengharapkan pemerintah terus menjaga situasi keamanan dalam negeri tetap kondusif pasca kenaikan harga BBM bersubsidi, agar dunia usaha bisa bekerja dengan tenang. "Kami berharap aparat keamanan tidak bertindak refresif terhadap mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM. Apalagi sampai menimbukan korban dan mengkriminalisasikannya," ujar Bambang. Hal itu, kata dia, penting agar demonstrasi yang diperkirakan akan terus berlangsung, tidak meluas menjadi aksi anarkis yang mengancam perekonomian. Ia juga berharap pemerintah tidak mengeluarkan penyataan yang menambah panas situasi, termasuk memprovokasi penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) berhadapan dengan mahasiswa. Menurut dia, pemerintah lebih baik berkonsentrasi mengawasi penyaluran BLT agar berjalan tertib dan lancar, serta menindak tegas terhadap aksi penyunatan BLT yang dilakukan aparat di lapangan. "Dunia usaha membutuhkan ketenangan dan kenyamanan mesti situasi sulit saat ini," ujar Bambang. Hal itu penting agar dunia usaha bisa membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan daya beli masyarakat.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008