Pemadaman massal pada 4 Agustus yang mengakibatkan sejumlah penumpang MRT terpaksa dievakuasi turut berandil dalam penurunan tersebut.
Jakarta (ANTARA) - Pemadaman listrik secara massal pada 4 Agustus 2019 ternyata juga berdampak pada penurunan jumlah penumpang Moda Raya Terpadu (MRT) pada Agustus ini dibandingkan dengan Juli.
"Kira-kira estimasi ridership (jumlah penumpang) selama Agustus adalah sekitar 82 ribu penumpang per hari. Dibandingkan bulan lalu sebesar 93.165 per hari, jadi ada menurun sekitar 13 persen pada Agustus ini," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar dalam acara Forum Jurnalis di Jakarta, Rabu.
Menurut William Sabandar, pemadaman listrik massal pada 4 Agustus yang mengakibatkan sejumlah penumpang MRT terpaksa dievakuasi turut berandil dalam penurunan tersebut.
Dirut MRT Jakarta mengungkapkan, pada 4 Agustus atau saat terjadi black out terdapat tujuh rangkaian kereta, yang mana ada empat rangkaian tidak berada di platform stasiun sehingga 3.410 penumpang harus dievakuasi.
Baca juga: Operasional MRT tetap lancar meski sebagian Jakarta mati listrik
Selain itu, ujar dia, pada hari nahas tersebut juga ada sebanyak 91 jadwal perjalanan yang batal.
"Efeknya bukan hanya pada Minggu (4 Agustus, saat terjadi pemadaman massal), tetapi juga ridership pada hari-hari berikutnya," katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa pada 4 Agustus tersebut, jumlah penumpang MRT hanya mencapai sekitar 29 ribu per hari.
Namun demikian, Dirut MRT Jakarta tetap optimistis akan bisa mencapai target yaitu sekitar 100.000 penumpang per hari yang bakal dicapai pada akhir 2019 ini.
Terkait dengan pemadaman listrik, William menegaskan pihaknya telah menyurati PLN meminta kejadian pemadaman listrik massal seperti itu tidak terjadi lagi.
PLN, lanjutnya, juga telah berkomitmen untuk mendukung keandalan pasokan listrik dengan membuat subsistem ketiga untuk menunjang operasional MRT Jakarta, di luar dua subsistem yang sudah ada sebelumnya. "Kami meminta sistem itu hot standby 24 jam setiap hari," katanya.
Ia menambahkan, MRT Jakarta juga akan lebih sering melakukan latihan evakuasi sebagai langkah antisipasi.
Baca juga: MRT Jakarta kembangkan sistem tiket digital gunakan scan QR
PT PLN diharapkan dapat benar-benar memperkuat infrastruktur yang diperlukan dalam rangka mencegah peristiwa pemadaman listrik yang menimpa kawasan Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten, beberapa waktu lalu, kembali terjadi.
"Kejadian black out atau padamnya listrik secara massal yang melanda Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten beberapa waktu lalu, sempat disebut sebagai black out 4.0. Ini menunjukkan infrastruktur digital dan infrastruktur lain yang sangat rapuh, sewaktu-waktu bisa lumpuh dengan mudah," kata Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon.
Politisi Partai Gerindra itu menyayangkan peristiwa pemadaman massal yang melanda wilayah yang sangat luas dan dengan waktu yang cukup lama sehingga banyak warga menyalakan lilin.
Menurut dia, peristiwa tersebut harus dilihat sebagai sebuah perspektif yang besar, terutama bila disorot dari konsep Industri 4.0 yang kerap didengungkan pemerintah.
"Revolusi Industri 4.0 ini akan menjadi omong kosong tanpa listrik, infrastruktur tradisional yang merupakan layanan dasar seperti listrik dan BBM," ucapnya.
Ia menegaskan bahwa infrastruktur layanan dasar seperti jaringan listrik harus dapat dipastikan berkelanjutan.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019