Semarang (ANTARA News) - Kucuran kredit usaha rakyat (KUR) untuk membantu pengembangan usaha kecil di Jawa Tengah perlu diintensifkan, menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 28,7 persen.
"Pemberian KUR merupakan alternatif utama untuk membantu usaha rakyat di tengah-tengah kenaikan harga BBM yang otomatis akan memengaruhi kenaikan biaya transportasi, komponen, dan produksi," kata anggota Kadin Provinsi Jateng, Joko Wiriatmoko, di Semarang, Sabtu.
Jika tanpa ada dukungan kredit lunak, katanya, kemungkin besar usaha rakyat yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar ini bakal gulung tikar karena tidak sanggup menghadapi kenaikan harga BBM.
Joko sangat menyayangkan jika usaha rakyat yang memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia terancam gulung tikar akibat adanya kenaikan harga BBM sebesar 28,7 persen.
Peranan usaha rakyat terlihat dari jumlah unit usaha, daya serap tenaga kerja, dan sumbangan usaha rakyat terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) yang cukup besar. Kenyataan ini memosisikan usaha rakyat sebagai satu sektor ekonomi strategis yang perlu mendapat perhatian, pengembangan secara konsisten, dan berkesinambungan.
Usaha rakyat dalam perkembangannya masih menghadapi berbagai kendala yang tidak bisa diatasi tanpa da bantuan dari pihak lain, seperti aspek permodalan, produksi, pemasaran, sumber daya manusai (SDM).
Ia mengatakan, lembaga keuangan (baik perbankan maupun nonperbankan) mempunyai peranan strategis dalam pengembangan usaha rakyat. Hal ini terkait dengan fungsi lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi keuangan.
Sebelumnya Deputi Pemimpin Bank Indonesia (BI) Semarang, Mahdi Mahmudy, mengatakan, realisasi penyaluran KUR di Jateng sejak diluncurkan pemerintah pada bulan November 2007 hingga bulan Maret 2008 tercatat sebesar Rp269,6 miliar dengan jumlah debitur mencapai 20.260 orang.
Penyaluran KUR didominasi sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) sebesar Rp164,2 miliar dengan proporsi 60,91 persen, pertanian Rp39,2 miliar (14,65 persen), jasa dunia usaha Rp21,8 miliar (8,08 persen), angkutan Rp19 miliar (7,05 persen), dan industri Rp16,2 miliar (6,02 persen).
Penggunaan penyaluran KUR di Jateng didominasi kredit modal kerja yang mencapai sebesar Rp247 miliar dengan proporsi 91,2 8 persen dan kredit investasi sebesar Rp22,7 miliar (8,72 persen). Realisasi KUR terbesar berada di Keresidenan Semarang Rp64,1 miliar (23,78 persen) dan Keresidenan Pati Rp56 miliar (20,78 persen) dari total realisasi penyaluran KUR di provinsi ini, katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008