Medan (ANTARA News) - Sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang lebih mengutamakan penyelamatan ekonomi negara dibandingkan menjaga popularitas pribadi dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) patut dipuji dan diacungi jempol karena menunjukkan sikap kenegarawanan."SBY patut dipuji karena lebih mengutamakan penyelamatan keuangan negara meski popularitasnya bisa menurun drastis karena menaikkan harga BBM," kata pengamat sosial politik, Drs Ansari Yamamah, MA di Medan, Sabtu.Menurut dia, keputusan pemerintah menaikkan harga BBM diyakini telah melalui kajian secara mendalam terhadap semua faktor kehidupan bangsa.Keputusan tersebut, katanya, juga merupakan sebuah "keterpaksaan" karena belum ditemukannya solusi tercepat dan terbaik dalam mengantisipasi "pembengkakan" keuangan negara. Jika tidak terpaksa, kata Ansari, logikanya sangat mustahil Presiden Yudhoyono akan "bermain api" dengan menaikkan harga BBM yang dapat menjatuhkan popularitasnya di mata masyarakat, sementara ajang Pemilu 2009 sudah di depan mata. Jika berpikir pragmatis, lanjut dia, mungkin SBY akan menunda kenaikan harga BBM meski keuangan negara akan sekarat dan hutang Indonesia terus bertambah. Ansari juga mengimbau agar politisi tidak berpikir pragmatis dengan memanfaatkan keputusan pemerintah tersebut untuk menjatuhkan kredilitas pemerintah saat ini. Politisi harus mampu juga menunjukkan sikap kenegarawanannya dengan mendesak pemerintah untuk mencari sumber energi lain, kata alumni Leiden University, Belanda itu. Pendapat yang hampir serupa juga disampaikan Dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisipol) Universitas Medan Area, Drs Irfan Simatupang MSi. Menurut Simatupang, kebijakan pemerintah untuk tetap menaikkan harga BBM karena tidak adanya pilihan lain meski dapat menjatuhkan popularitasnya, menunjukkan bahwa Presiden Yudhoyono memiliki sikap yang konsisten. Namun, katanya, pemerintah juga harus siap jika keputusan tersebut tidak disukai oleh banyak kalangan karena sudah menjadi "hukum alam". "Sebaik apa pun manusia dan sebagus apa pun perbuatan seseorang, tetap masih ada yang tidak menyukainya," kata Simatupang.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008