Jakarta (ANTARA News) - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dapat memahami dan mendukung kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebagai keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan terburuk. "Kami menyadari pilihan dan keputusan yang diambil pemerintah adalah keputusan terbaik dari yang terburuk. Kami juga menyadari presiden telah mengambil keputusan yang tidak populis satu tahun menjelang pemilu, " kata Ketua Umum DPP KNPI Hasanuddin Yusuf di Jakarta, Sabtu. Hasanuddin Yusuf mengatakan hal tersebut usai bersama sejumlah organisasi kepemudaan melakukan dialog dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Wisma Negara Kompleks Istana Kepresidenan. Ia menegaskan, berdasarkan penjelasan presiden, KNPI bisa memahami dan mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah tersebut. Dikatakannya, keputusan pemerintah menaikkan harga BBM memang membuat tidak senang sebagian masyarakat, namun dengan penjelasan Presiden dalam pertemuan tersebut, pihaknya bisa mengerti alasan keputusan itu diambil. KNPI juga bersedia membantu pemerintah untuk menyosialisasikan keputusan kenaikan harga BBM itu kepada masyarakat di 13 kota di seluruh Indonesia. "Keputusan menaikkan BBM, menunjukkan Presiden lebih mengedepankan menyelesaikan persoalan bangsa ini dengan baik dan benar meski taruhannya adalah jabatan beliau. Kami mendukung keputusan beliau ini dan berharap bagi teman pemuda dan mahasiswa yang belum sepaham untuk berdialog dengan kami," katanya. Sementara itu, Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Amiruddin mengatakan pihaknya tidak serta merta menyetujui keputusan presiden menaikkan harga BBM karena pemerintah seharusnya bisa mengurangi konsumsi BBM dengan mendorong produksi bahan bakar alternatif. "Kami tidak bisa menerima kebijakan itu 100 persen dan berharap produksi bahan bakar alternatif bisa terus didorong. Itu aspirasi kami," katanya. Sementara itu, Juru Bicara Presiden Andi Malarangeng mengatakan dalam pertemuan tertutup itu Presiden Yudhoyono sangat menghargai

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008