Banjarmasin, (ANTARA News) - Zainal (23) Sabtu, terlihat duduk berjongkok bersandar di tembok kantor Posindo Banjarmasin, menunggu pencairan dana bantuan langsung tunai (BLT). Bapak satu anak tersebut mengaku tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga jika mengandalkan gaji sebagai pemungut sampah. "Sebenarnya, dana BLT ini ingin kami manfaatkan untuk buka usaha, tetapi setelah kami hitung-hitung tidak cukup, karena harus membayar hutang Rp150 ribu,"kata warga Kelurahan Kelayan Gang Sejiran RT.11 Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel) itu. Dia berharap jika utang lunas maka saat pencairan BLT tahap kedua, dana Rp400 ribu bisa dimanfaatkan untuk modal usaha. Zainal mengatakan selama ini untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dirinya menambah penghasilan dengan kerja serabutan, begitu juga istrinya. "Istri saya bekerja mengisikan kapur sirih, sehingga kadang untuk keperluan rumah tangga harus ngutang ke tetangga atau warung. Seandainya istri bisa berjualan, mungkin lumayan membantu perekonomian kami," tambahnya. Kendati dana BLT belum banyak membantu kekurangan perekonomian mereka, Zainal mengaku sangat bersyukur adanya program tersebut, dan berharap akan berlanjut sampai dia bisa membuka usaha dan memperbaiki ekonomi rumahtangganya. Kebahagiaan yang sama juga disampaikan oleh Sakri (62) warga Kelurahan Telawang, Teluk Tiram Darat Gang Hidayah yang juga sedang antri mencairkan dana BLT, mengaku sangat bersyukur mendapatkan dana BLT sebesar Rp300.000. Lelaki yang bekerja sebagai pengayuh becak tersebut akan memanfaatkan uang yang diterima untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, terutama untuk keperluan makan. "Saya yakin, tidak mungkin pemerintah menyakiti rakyat, apapun program yang kini dilaksanakan pemerintah pasti tujuannya untuk menyejahterakan rakyatnya. Dan saya yakin itu, " katanya mengutip pernyataan penceramah Guru Bakri, di Masjid. Sakri mengaku, kenaikan BBM yang mulai diberlakukan Sabtu ini, tidak begitu berpengaruh terhadap dirinya, karena selama ini dia dan keluarga memasak dengan menggunakan kayu bakar, sehingga satu liter minyak tanah bisa dimanfaatkan untuk beberapa hari. "Selain membecak, saya juga bertani, sehingga beras tidak beli, untuk kebutuhan lauk pauk, seadanya saja, yang penting cukup," katanya Sementara itu, Aluh Acil (90) warga Pengapuran Raya RT.Sarbaini, mengaku akan menyimpan uang BLT tersebut untuk kebutuhan yang memang mendesak atau kebutuhan di masa tuanya. Dengan jalan yang tidak lagi tegap, dan badan terlihat letih, nenek renta tersebut tampak kebingungan mencari jalan keluar dari kerumunan ratusan warga yang masih antri untuk mencairkan BLT. "Selama ini saya hidup sendiri dengan mengontrak sebuah bedakan. Bila badan sehat, saya membantu menyuci piring di warung, kalau sakit, kadang minta sama anak, yang ekonominya juga sakit," katanya. Pada hari yang sama, puluhan ribu warga miskin di Banjarmasin, sedang antre untuk mendapatkan BLT yang terbagi pada 12 tempat, diantaranya yaitu diempat kecamatan Banjarmasin Barat, Tengah, Utara dan Selatan serta di beberapa kantor pos pembantu. Dari pantauan ANTARA, di beberapa titik penyaluran BLT, hingga siang usai, penyaluran relatif aman dan tertib, kalaupun ada kesalahfahaman dan keributan, dianggap hal yang wajar. "Untuk tahap pertama, saya nilai cukup tertib, kalaupun sedikit ada warga yang merasa kesal, sangat wajar, karena usia mereka sudah tua, apalagi banyak yang dalam kondisi sakit dan harus berjubel," kata satu petugas. Tidak sedikit warga yang datang, dalam kondisi sakit dan stroke, sehingga jalannya terpaksa harus dipapah oleh warga lainnya, demi untuk mendapatkan dana BLT. Banyak warga yang sudah lanjut usia dengan umur diatas 65 tahun, mengaku sangat terbantu dengan adanya BLT tersebut, minimal untuk mengurangi beban hidup yang harus ditanggungnya selama ini. Dibanding 2005, penyaluran BLT kali ini lebih tepat sasaran, karena hampir rata-rata warga yang datang merupakan warga miskin dengan kondisi fisik yang sudah renta. Sedangkan sebelumnya, tidak sedikit ibu-ibu berbaju necis, ber gelang emas hingga puluhan gram dan kalung melingkar dileher mengambil uang BLT. Kebersamaan Kekhawatiran beberapa orang bakal terjadi kericuhan saat penyaluran BLT, karena masih memanfaatkan data warga miskin 2005, untuk sementara tidak terbukti di beberapa titik penyaluran di BLT di Banjarmasin. Hal tersebut terjadi karena mulai tumbuhnya kesadaran warga terhadap arti pentingnya ke bersamaan. Misalnya saja yang terjadi di Kelurahan Antasan Kecil Timur. Beberapa warga yang sebelumnya mendapatkan dana BLT, namun kini sudah mampu memperbaiki ekonominya, dengan sukarela menyerahkan kartu BLTnya untuk warga yang lebih memerlukan. Sementara beberapa warga lainnya, rela memanfaatkan dana BLTnya untuk kepentingan bersama, misalnya untuk memperbaiki sarana umum seperti lampu jalanan maupun lainnya. "Dalam kondisi sulit seperti ini, kesadaran warga untuk saling membantu dan memahami tumbuh dengan baik, sehingga kericuhan yang sempat kami khawatirkan tidak terjadi," kata satu ketua RT. Kepala Kantor PT.Posindo Banjarmasin, Nur Aziz Sugiharto mengungkapkan, tahap pertama dana BLT yang disalurkan mencapai Rp11,8 miliar lebih untuk 39.346 warga miskin di Kota Banjarmasin. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008