Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Tony Prasetiantono menghimbau Bank Indonesia (BI), agar menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) mengingat inflasi akhir tahun yang kemungkinan mencapai 11 hingga 12 persen. "Sehingga, suku bunga riil yang sudah negatif tidak terlalu besar," kata Tony Prasetiantono di Jakarta, Jumat. Suku bunga riil merupakan selisih antara suku bunga simpanan dengan inflasi atau kenaikan rata-rata harga barang-barang konsumsi. Saat ini, inflasi year on year April mencapai 8,96 persen, sementara suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) baru saja dinaikkan menjadi 8,25 persen atau minus 0,71 persen. Sementara itu, suku bunga penjaminan LPS, yang menjadi acuan perbankan dalam menentukan suku bunga tabungan, deposito atau giro juga mengacu pada BI rate. Selain itu, katanya, Depkeu juga diminta untuk menurunkan bea masuk produk-produk primer yang masuk ke Indonesia. "Ini akan mengkompensasi imported inflation, seperti gandum dan kedelai," katanya. Imported inflation adalah inflasi akibat impor barang-barang komoditas yang telah mengalami kenaikan harga di luar negeri. Sebelumnya, Bappenas memperkirakan inflasi akhir tahun mencapai 11 dan 11,5 persen, sedangkan Badan Pusat Statistik menyebut angka di atas 10 persen, dan BI memprediksi 12 persen. Depkeu juga telah membuat proyeksi inflasi akhir tahun pada 8,5 dan 9 persen. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008