Banjarmasin (ANTARA) - Keluhan para peternak ayam potong soal harga jual ayam yang anjlok mendapat perhatian Satgas Pangan Polda Kalsel karena harga murah di tingkat peternak tidak berbanding lurus dengan penjualan di pasar yang dianggap mahal.

"Kami coba mencari tahu akar masalahnya. Saat ini Tim Satgas Pangan lagi menelisik gejolak yang terjadi ," terang Kasubdit I Indagsi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kalsel AKBP H Suyitno Ardhi di Banjarmasin, Selasa.

Suyitno mengatakan, ada dugaan permainan harga di pasar. Untuk itulah, pihaknya berusaha membongkar jika ada praktik curang dalam penyaluran daging ayam potong ke pedagang.

"Kesenjangan yang terlalu jauh antara harga ayam di peternak dengan harga jual di pasar harus bisa ditekan. Karena kalau begini, semuanya jadi dirugikan, peternak teriak harga ayam terlalu murah dan konsumen juga mengeluh mahalnya ayam di pasar," jelas Suyitno.

Diketahui dalam beberapa bulan terakhir, harga daging ayam potong di peternak terus anjlok. Bahkan, pada tiga minggu ini sangat rendah hingga menyentuh Rp9.000 per kilogram ayam hidup. Sedangkan harga di tingkat konsumen tetap stabil di kisaran Rp30.000 hingga Rp35.000 per kilogram daging ayam.

Para peternak ayam saat mengikuti rapat koordinasi membahas gejolak harga ayam potong. (antara/foto/firman)

Sekretaris Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia wilayah Kalimantan Selatan Muhammad Rouf mengakui, gejolak penurunan harga terjadi setelah Hari Raya Idul Fitri lalu.

"Setelah Lebaran harga mulai turun di kisaran Rp12.000 sampai Rp16.000 dari normal harga acuan Rp19.000 hingga Rp21.000. Nah, dalam tiga minggu terakhir ini semakin anjlok hingga Rp9.000, bahkan ada di bawah itu. Kami terus merugi," beber Rouf.

Dia mengakui, anjloknya harga di tingkat peternak dikarenakan produksi yang melimpah. Sehingga posisi tawar dari pembeli yang mengambil ayam dari peternak untuk dijual lagi ke pedagang jadi tinggi.

"Karena supply dan demand ini tidak seimbang, maka pembeli semau-maunya nawar dan kami harus jual karena 35 hari ayam panen dan harus keluar. Jika tidak dijual kami semakin rugi operasionalnya," ungkap Rouf yang melakukan usaha peternakan ayam di Jalan RO Ulin Banjarbaru dengan nama PT. Adhom Farm Indonesia.

Ada sekitar 40 peternak yang punya usaha kemitraan seperti Rouf. Mereka menjual ayam potong hidup kepada sekitar 200 pembeli di Kalsel. Sedangkan untuk pembibitan, ada 7 usaha penetasan di Kalsel yang memasok bibit kepada peternak.

Pemprov Kalsel menggelar rapat koordinasi membahas gejolak harga ayam potong. (antara/foto/firman)

Keluhan dari para peternak ayam potong inipun ditanggapi Pemerintah Provinsi Kalsel yang menggelar rapat koordinasi dengan seluruh instansi terkait pada Selasa di Kantor Sekretariat Daerah Kalsel di Banjarbaru, termasuk AKBP H Suyitno Ardhi yang mewakili Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kalsel Kombes Pol Rizal Irawan selaku Kasatgas Pangan dan Bapokting.

Dalam pertemuan yang dipimpin Sekretaris Daerah Kalsel Abdul Haris Makkie itu, diputuskan bahwa ditetapkan harga beli ayam hidup kepada peternak Rp15.000 per kilogram. Sedangkan harga di konsumen Rp25.000 per kilogram daging ayam.

Selanjutnya dilaksanakan operasi pasar di Banjarmasin dan sekitarnya dari 29 Agustus hingga 2 September 2019.

Satgas Pangan Polda Kalsel bersama dinas terkait juga akan melakukan monitoring dan sidak dengan sasaran pasar tradisional dan modern, lokasi peternakan baik mandiri maupun yang terintegrasi serta industri DOC (Penetas bibit ayam daging) yang ada di Kalsel.

Kepala Dinas Perdagangan Kalsel H Birhasani mengatakan, ada sekitar
24 ribu ekor ayam potong yang nantinya dijual pada saat operasi pasar.

Hal itu bertujuan untuk menguras stok yang ada di peternak sekaligus mengedukasi konsumen dan memutus rantai pasar yang terlalu panjang, sehingga berakibat tingginya harga ayam di tingkat eceran.

Pewarta: Firman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019