Jerusalem (ANTARA News/AFP) - Badan pengungsi PBB Sabtu mengecam tuduhan seorang duta besar Israel bahwa sejumlah staf PBB adalah pendukung setia Hamas.
"Kami telah memperoleh pesan campur aduk dari pemerintah Israel," kata juru bicara UNRWA Christopher Gunness.
"Kemarin (mereka) telah menyampaikan penyesalan mendalam mengenai kematian pekerja kami dan mendesak kami untuk memulai lagi kerja kemanusiaan secepat mungkin," kata Christopher.
"Dan hari ini seorang duta besar Israel menuduh pekerja sama sebagai teroris. Tampaknya pemerintah Israel akan mengikatkan diri mereka dalam kekusutan,"katanya.
Dubes Israel untuk Austria, Dan Ashbei, dalam wawancara yang akan dipublikasikan mingguan Austria "Profil" Senin mengatakan pekerja UNRWA "adalah orang Hamas yang mendistribusikan bantuan pada orang-orang yang setia pada Hamas".
"Organisasi bantuan ini telah diambilalih Hamas dan digunakan sebagai senjata melawan rakyatnya sendiri," tambahnya.
Seorang pejabat PBB yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan badan itu telah mengadakan pemeriksaan latar belakang semua staf Palestinanya dan menyerahkan daftar semua nama pada pemerintah Israel.
Pada Selasa, 43 orang telah tewas dalam serangan udara Israel di sebuah sekolah UNRWA di kota Jabaliya di Gaza utara. Para pejabat Israel mengatakan Hamas telah menyimpan senjata dalam sekolah itu.
UNRWA mengatakan tidak ada "kegiatan gerilyawan" dalam kompleks sekolah itu.
Kemudian, pekan ini UNRWA menangguhkan aktivitas stafnya di Gaza setelah konvoi PBB dihantam dua tembakan tank Israel yang menewaskan satu sopir yang dikontrak PBB dan melukai orang kedua.
Jumat kemarin, badan yang memberikan pangan dan bantuan kemanusiaan penting pada sebagian besar dari 1,5 juta orang itu mengatakan, akan memulai lagi penyaluran bantuan setelah menerima jaminan keamanan dari Israel.
Sekjen PBB Ban Ki-moon telah meminta penyelidikan Israel terhadap serangan terhadap konvoi PBB dan tiga sekolah milik PBB. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009