Singapura (ANTARA News) - Harga minyak kembali turun, Jumat, setelah meroket menembus angka 135 dolar AS per barel, menyusul menguatnya dolar AS dan aksi ambil untung para investor dari kenaikan harga minyak yang mecetak rekor. Dalam perdagangan pagi di perdagangan Asia, kontrak berjangka minyak utama New York jenis light sweet untuk pengiriman Juli naik sembilan sen menjadi 130,90 dolar AS per barel. Kontrak acuan ditutup pada 130,81 dolar per barel Kamis atau mengalami penurunan 2,36 dolar di banding penutupan pada Rabu 133,17 dolar. Sementara minyak mentah Laut Utara Brent London juga untuk pengiriman Juli pada posisi 130,51 dolar AS pada Kamis atau turun 2,19 dolar AS pada penutupan. Kedua kontrak berjangka acuan itu sebelumnya melaju ke rekor tinggi selama ini di tengah-tengah munculnya kekhawatiran seputar ketatnya pasokan-- minyak New York pada angka 135,09 dolar AS dan Brent pada 135,14 dolar AS. "Harga minyak yang turun kembali dari tingkat tinggi sebelumnya disebabkan oleh pengambilan untung," kata David Moore, komoditi strategis pada Commonwealth Bank of Australia dalam laporannya. Sementara para investor meragukan pasar akan dapat memenuhi perkembangan permintaan yang pesat, dengan booming-nya ekonomi di pasar yang baru tumbuh, sehingga mendorong permintaan energi mengalami kenaikan tajam, kata Andrey Kryuchenkov dari Sucden di London. Para pedagang mengatakan turunnya kembali harga minyak karena berbagai faktor, termasuk menguatnya kembali dolar AS dan aksi ambil untung setelah harga minyak naik tajam. Harga minyak sejak Rabu lalu melonjak setelah data pemerintah AS menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah dan bensin menjelang liburan musim panas yang dimulai pekan depan mengalami penurunan. Laporan mingguan Departemen Energi AS (DoE) yang diterbitkan setiap Rabu menyebutkan, stok minyak mentah AS turun pada pekan yang berakhir 16 Mei sebanyak 5,4 juta barel menjadi 320,4 juta barel. Sementara sebagian besar analis memperkirakaan adanya kenaikan 300.000 barel. Cadangan bensin turun 800.000 barel menjadi 209,4 juta barel, bertolak belakang dengan ekspektasi kenaikan sebesar 250.000 barel. Pemberitaan masalah bensin sangat sensitif bagi pasar, terutama dalam beberapa hari menjelang libur musim panas, yang merupakan puncak bepergian bagi warga AS tersebut, demikian laporan AFP. (*)
Copyright © ANTARA 2008