New York (ANTARA News) - Harga minyak yang melesat menembus 135 dolar AS per barel , mundur kembali pada Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB, karena menguatnya dolar AS dan aksi ambil untung dari rekor rally kemarin. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli ditutup pada 130,81 dolar AS per barel, turun 2,36 dolar AS dari rekor penutupan Rabu pada 133,17 dolar AS. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli mantap pada 130,51 dolar AS, turun 2,19 dolar AS dari rekor penutupan Rabu pada 132,70 dolar AS. Kedua kontrak berjangka acuan itu pada awalnya melesat ke rekor tertinggi selama ini di tengah kekhawatiran ketatnya pasokan: New York pada 135,09 dolar AS dan Brent pada 135,14 dolar AS. "Para investor meragukan pasar akan dapat memenuhi perkembangan permintaan yang pesat, dengan booming-nya ekonomi di `emerging market` mendorong permintaan energi meningkat pesat," kata Andrey Kryuchenkov dari broker Sucden di London. Para pedagang mengatakan mundurnya kembali harga minyak karena berbagai faktor, termasuk menguatnya kembai dolar AS dan aksi ambil untung setelah harga minyak naik tajam. Menteri energi Aljazair dan Presiden OPEC Chakib Khelil, mengatakan penurunan produksi di negara-negara non OPEC seperti Rusia telah memberikan kontribusi terhadap kenaikan spektakuler harga minyak global. Abdala El-Badri, sekretaris jenderal OPEC, mengatakan para anggota OPEC tidak senang dengan melonjaknya harga yang dipicu ulah para spekulan dan melemahnya dolar AS. "Kami sangat tidak senang dengan kenaikan harga minyak ini," kata El-Badri dalam sebuah kunjungannya ke Ekuador. "Volatilitas bukan karena faktor fundamental. Bukan akibat permintaan dunia," kata dia, menunjuk bahwa jatuhnya dolar AS mendorong harga minyak naik. OPEC yang memproduksi 40 persen minyak dunia, enggan memenuhi permintaan AS untuk meninkatkan produksi minyak mentahnya guna membantu mendinginkan meroketnya harga. Ke-13 negara anggota OPEC bersikeras bahwa pasokan mencukupi dan rekor harga mencerminkan kegiatan investasi spekulan daripada akibat kondisi pasokan dan permintaan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008