Semarang (ANTARA News) - Ratusan mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Undip dan BEM Universitas Negeri Semarang (Unnes), Kamis (22/5) di Semarang, menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Aksi dimulai dari depan pintu gerbang kampus Universitas Diponegoro (Undip) Jalan Imam Bardjo Semarang. Rombongan mahasiswa Undip dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan mengenakan jaket almameter bergerak menuju kawasan bundaran air mancur di Jalan Pahlawan Semarang. Menurut pengunjuk rasa menaikkan harga BBM bukan merupakan solusi utama mengatasi defisit anggaran negara akibat terjadinya kenaikan harga minyak dunia. "Pemerintah cenderung bersikap reaktif atas segala permasalahan yang ada. Ini menunjukkan pemerintah tak punya desain strategis dan cermat mengenai permasalah yang ada," ujar koordinator aksi, Andiyono. Membawa kesengsaraan rakyat, tujuh gugatan rakyat BEM SI Pemerintah, katanya, seharusnya bisa melakukan penghematan anggaran dana, misalnya melakuakan pemotongan anggaran yang tak perlu yang selama ini hanya dinikmati para pejabat. "Menaikkan harga BBM bukan solusi, bahkan sebaliknya membawa kesengsaraan bagi masyarakat kecil," katanya. Para pengunjuk rasa selain menolak rencana kenaikan harga BBM juga menuntut kepada pemerintah melaksanakan tujuh gugatan rakyat hasil konferensi BEM Seluruh Indonesia di Depok Jawa Barat tanggal 21-23 Maret 2008. Tujuh gugatan (Tugu) rakyat itu meliputi, nasionalisasi aset-aset strategis bangsa, wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi rakyat, tuntaskan kasus BLBI dan korupsi Soeharto beserta kroni-kroninya. Selanjutnya kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan, ekonomi, dan energi. Jamin ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat. Tuntaskan reformasi birokrasi dan berantas mafia peradilan, selamatkan lingkungan, dan tuntaskan kasus kumpur Lapindo Brantas. "Selama tuntutan belum dipenuhi pemerintah, kami akan terus menggelar demonstrasi," kata Andiyono.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008