Jakarta (ANTARA News) - Universitas Negeri Jakarta (UNJ) telah melakukan tiga hal dalam berkontribusi demi kemajuan pendidikan bangsa Indonesia, antara lain menyiapkan guru yang pembelajar dan ilmuwan, kara Rektor UNJ Dr Bedjo Sujanto, MPd.
"UNJ akan tumbuh menjadi lembaga pembelajaran dan bermitra sejajar serta mendidik calon pendidik intelektual," katanya dalam Seminar Peringatan Dies Natalis ke-44 UNJ yang bertema "Future Landmark of Universities in Responding The Science, Technology and Art Challenging, Through Revitalization It's Role" di Jakarta, Kamis (22/5).
Menurut rektor, dalam pengamalan Tridarma Perguruan Tinggi, UNJ telah menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri, serta bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun swasta.
"Dengan Pemda DKI, UNJ mendapat kepercayaan untuk peningkatan kualifikasi akademik para guru. Dinas pendidikan DKI setiap tahunnya mengirimkan sekitar 1.000 guru untuk menyelesaikan program S-1," katanya.
Rektor menegaskan, kepercayaan masyarakat terhadap UNJ meningkat, terbukti peminat SPMB 2007 sebanyak 8.100 lulusan SMA dan yang diterima sebanyak 1956 orang, sedangkan melalui ujian mandiri terdapat 8.400 calon mahasiswa, yang yang diterima sebanyak 2.300 orang.
"Sesuai Kepmendiknas No. 057/O/2007, UNJ ditugasi menjadi koordinator sertifikasi 17.063 guru untuk wilayah Jakarta, Banten, Kabupaten Bogor dan Kota Depok," ujarnya menambahkan.
Sementara itu, Guru Besar Emeritus UNJ Prof Dr H.A.R Tilaar dalam makalah tertulis mengatakan, terdapat gejala neoliberalisme dalam dunia pendidikan yang tampak dalam berbagai kebijakan, antara lain Perpres No 77/2007 mengenai dibukanya pintu modal asing di dalam sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) mulai pendidikan dasar sampai tinggi.
Adanya kebijakan RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP), katanya, akan meniadakan eksistensi sekolah -sekolah dari masyarakat melalui yayasan yang berumur jauh sebelum kemerdekaan RI serta kebijakan ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN), kebijakan pendidikan moral dan budaya bersaing serta kognifikasi pendidikan nasional yang mengabaikan pendidikan moral dan jatidiri bangsa.
"Pendidikan yang didambakan oleh rakyat adalah pendidikan yang merata yang dapat diakses oleh semua anak Indonesia serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak yang berbakat tanpa diskriminasi," katanya.
Tilaar menambahkan lahirnya Kebangkitan Nasional 1908 mencatat dua hal yang utama, yakni pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa dan pentingnya budaya di dalam pengembangan jatidiri bangsa.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008