New York, (ANTARA News) - Air minum dapat mendatangkan intoksikasi (keracunan) air khususnya bagi bayi berumur di bawah enam bulan. "Biarpun usianya masih sangat belia, bayi telah mempunyai refleks haus secara utuh atau keinginan untuk minum," kata Dr Jennifer Anders dari Pusat Anak-anak John Hopkins, Baltimore, kepada Reuters. "Saat mereka merasa haus dan ingin minum, cairan yang harus lebih banyak mereka minum adalah ASI atau susu formula." Ginjal bayi belumlah siap sehingga tubuh yang terlalu banyak menerima air akan melepaskan sodium bersama kelebihan air, kata Anders. Kehilangan sodium dapat mempengaruhi aktivitas otak, jadi, gejala keracunan air antara lain adalah lekas marah, kantuk dan masalah kejiwaan lainya. Gejala lain adalah suhu tubuh rendah, muka bengkak atau membesar, dan kejang-kejang. Gejala awal kondisi tersebut tak kentara, karena itu kejang-kejang bisa dijadikan petunjuk pertama untuk para orang-tua. Jika anak-anak tersebut segera mendapatkan perawatan medis, kejang-kejang tersebut mungkin tidak akan mendatangkan dampak tetap. Air untuk minum sebaiknya tidak diberikan kepada anak usia enam bulan atau lebih muda, kata Anders dan para koleganya. Orang-tua juga sebaiknya menghindari pemakaian formula yang terlalu cair atau minuman kesehatan anak-anak yang mengandung elektrolit. Anders mengemukakan, pada beberapa kasus mungkin memang tepat untuk memberi sedikit air kepada bayi yang lebih tua; misalnya untuk pertolongan sembelit (konstipasi) atau dalam cuaca yang sangat panas. Namun, untuk melakukan hal itu, para orang-tua harus terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter anak, itupun paling-paling setiap pemberian air sebanyak satu atau dua "ounce" (satuan berat di AS, setara hampir 28,35 gram). Jika orang-tua mengira anak mereka mengalami keracunan air atau jika si mungil kejang-kejang, ia harus segera diperiksakan ke dokter, kata Anders.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008