"Kalau dari segi 'venue' di Jakarta itu lengkap, namun ketika ikut 'bidding' (tender) kalah karena sarana dan prasarana kita tidak lengkap," kata Diaz di Jakarta, Senin (26/8).
Baca juga: BI: Potensi industri "MICE" di Jakarta harus dioptimalkan
Menurut Diaz, banyak dari penyelenggara kegiatan (event organizer) yang gagal menyelenggarakan pameran maupun pertunjukan yang sifatnya internasional hanya karena masalah lalu lintas untuk menuju "venue".
"Kita gagal karena tidak dapat memberikan jaminan suatu 'event' dapat diselenggarakan tepat waktu. Akhirnya banyak peluang itu yang diambil negara tetangga Singapura," ujar dia.
Baca juga: TVXQ ke Jakarta, antisipasi lima hal ini
Padahal, kata Diaz peluang dari bisnis "event" ini sangat besar bisa mencapai empat kali produk domestik bruto (PDB).
"Itulah yang membuat banyak dari kegiatan internasional yang memilih diselenggarakan di Bali yang dari segi sarana, prasarana, termasuk keamanan dinilai lebih menjanjikan" kata Diaz yang didamping Kaprodi Bidang Vokasi Pariwisata Univesitas Indonesia, Budiman.
Sejauh ini untuk Jakarta kalender kegiatan masih didominasi kegiatan pameran yang sifatnya nasional, termasuk untuk pertunjukan musik.
Diaz mengatakan sejauh ini peminat vokasi pariwisata dan penyelenggaraan kegiatan (event) ini sangat besar.
"Target kami setelah lulus mahasiswa dapat langsung bekerja atau bahkan dapat menjalankan usaha sendiri," ujar dia.
Diaz mengatakan dari enam semester yang wajib diikuti sebelum lulus mahasiswa diharuskan mengikuti "job training" selama tiga semester setelah sebelumnya mengikuti perkuliahan selama dua semester, ditambah satu semester lagi magang di berbagai perusahaan.
"Semua itu harus diikuti apabila mahasiswa vokasi ingin mendapatkan sertifikat kompetensi yang kami keluarkan," ujar dia.
Vice President Sales dan Partnership KiosTix Andhika Soetalaksana saat berbagi pengalaman dengan mahasiswa vokasi UI mengatakan pentingnya industri pariwisata dan "event" mendapat dukungan dari industri digital.
"Hal ini sebagai antisipasi perubahan perilaku masyarakat yang semakin 'real time', 'mobile', personal, dan interaktif. Tren itu kemudian berpengaruh pada pola konsumsi, selera, dan gaya hidup setiap orang," kata Andhika.
Andhika mengatakan hampir setiap pekan masyarakat mendengar ada investasi dan akuisisi perusahaan-perusahaan start-up digital di Indonesia oleh para pemodal besar dengan nilai akumulasi investasi sangat tinggi.
"Ini menandakan industri digital di Indonesia sangat prospektif," ujar dia.
Andhika juga sependapat kalau industri "event" seperti konser musik, pertandingan olahraga, dan MICE (meeting, incentive, conference, exhibition) di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat.
Sementara itu, Direktur PR Traveloka Sufintri Rahayu mengatakan industri pariwisata di Indonesia, merupakan salah satu industri dengan peluang bisnis yang sangat baik.
"Potensi pengembangan industri ini masih sangat luas, dan kita beruntung dengan dukungan dari pemain maupun pemerintah kepada industri ini sangat kuat. Apalagi saat ini Bapak Presiden Jokowi juga telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu dari sektor prioritas pembangunan," ujar dia.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019