New York, (ANTARA News) - Harga minyak melesat di atas rekor tertinggi baru 133 dolar AS per barel, Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB, setelah pemerintah AS secara tak terduga melaporkan cadangan minyak mentah dan bensinnya turun di tengah pasar yang tertekan oleh meningkatnya permintaan dari China. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, menembus 130 dolar AS untuk pertama kalinya, dan beberapa jam kemudian berlari mencapai rekor tertinggi 133,82 dolar AS menyusul laporan cadangan energi AS yang mengkhawatirkan. Acuan kontrak berjangka ditutup melonjak 4,10 dolar AS pada rekor 133,17 dolar AS per barel. Di London, kontrak berjangka minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Juli mantap pada rekor tertinggi 132,70 dolar AS per barel, sebuah kenaikan 4,86 dolar AS. Brent melesat ke sebuah rekor perdagangan harian tertinggi pada 133,34 dolar AS. Pasar minyak yang sedang "rally" diperkuat oleh laporan mingguan departemen energi AS (DoE) tentang cadangan energi AS yang tak terduga menunjukkan penurunan. Laporan DoE, Rabu, memperlihatkan stok minyak mentah AS turun pada pekan yang berakhir 16 Mei, 5,4 juta barel menjadi 320,4 juta barel. Sebagian besar analis telah memperkirakaan sebuah penambahan 300.000. Cadangan bensin jatuh 800.000 barel menjadi 209,4 juta barel, mengalahkan ekspektasi naik 250.000 barel. Berita bensin sangat sensitif bagi pasar, terutama dalam beberapa hari menjelang libur musim panas yang merupakan waktu puncak bepergian menggunakan mobil bagi warga AS yang akan dimulai akhir pekan ini, Senin untuk libur Memorial Day. Warga Amerika telah mulai membeli sedikit bensin karena harga di pompa bensin naik ke posisi tertinggi baru. Perubahan kebiasaan dalam mengemudi meningkatkan kekhawatiran tentang sebuah pelambatan dalam belanja konsumen, mesin utama ekonomi terbesar dunia tersebut. Data cadangan minyak AS "sedang berjalan untuk menempatkan lebih banyak tekanan pada harga minyak mentah berjangka yang sudah di rekor tertinggi," kata analis IFR dalam catatan kepada para nasabahnya. Lonjakan cepat harga minyak terjadi karena Federal Reserve AS menurunkan proyeksi pertumbuhan 2008 untuk ekonomi AS, konsumen minyak terbesar dunia. The Fed pada Rabu menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2008 menjadi di kisaran 0,3 hingga 1,2 persen dari proyeksi sebelumnya 1,3 hingga 2,0 persen pada Januari. Bank sentral mengutip tingginya harga minyak sebagai faktor utama yang membebani momentum. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008