Dari data sistem otomasi perkarantinaan (IQFAST), kinerja ekspor produk pertanian di Sulawesi Selatan pada Januari hingga Juni 2019 sebanyak 168 ribu ton senilai Rp7,39 triliun.
Jakarta (ANTARA) - Pemberlakuan fasilitas "direct call" atau ekspor langsung ke negara tujuan ekspor yang difasilitasi oleh semua pemangku kepentingan di Pelabuhan Laut Makassar, Sulawesi Selatan, dinilai mampu meningkatkan ekspor produk pertanian dari Indonesia timur.
Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, menyatakan dari data sistem otomasi perkarantinaan (IQFAST), kinerja ekspor produk pertanian di Sulawesi Selatan pada Januari hingga Juni 2019 sebanyak 168 ribu ton senilai Rp7,39 triliun.
Nilai ekspor pertanian tersebut meningkat 101 persen dibandingkan 2018 yang tercatat jumlah sebanyak 162 ribu ton atau sebesar Rp3,81 triliun.
Kepala Karantina Pertanian Makassar, Andi Yusmanto saat melepas ekspor 7 komoditas pertanian sekaligus asal Sulsel, Minggu (25/8) mengatakan, sebelum ada fasilitas ekspor langsung ini, eksportasi produk pertanian asal Sulsel harus melalui pelabuhan di Pulau Jawa.
Baca juga: Salak Gula Pasir Bali terus jajaki pasar ekspor
"Tentu ini menyebabkan biaya ekonomi mahal serta waktu tunggu yang lebih lama, akhirnya produk kita tidak memiliki daya saing. Kami sangat mengapresiasi upaya ini dan semoga dapat mendorong ekspor pertanian dari Indonesia timur makin meningkat," katanya.
Dia menambahkan, dari sisa waktu hingga akhir tahun nanti didorong agar penambahan baik dari sisi volume maupun ragam komoditas.
Yusmanto juga menyatakan, sesuai instruksi Presiden melalui Menteri Pertanian untuk menggencarkan investasi dan ekspor, melalui Agro Gemilang program yang digagas Barantan telah membuahkan hasil.
Jumlah eksportir produk pertanian muda yang dibimbing memasuki pasar ekspor oleh Karantina Pertanian Makassar, lanjutnya, mulai bermunculan selain itu ragam komoditas pertanian yang menjadi primadona unggulan juga bertambah.
Salah satunya adalah porang (Amorphophallus muelleri), umbi yang diekspor dalam bentuk kering untuk bahan makanan ini mulai diminati pasar ekspor.
Tanaman asal Kabupaten Bulukumba, Gowa, Maros, Sinjai, dan Takalar ini juga turut dilepas ekspor oleh Kepala Karantina Pertanian Makassar. Sejumlah 52 ton porang dengan nilai ekonomi Rp709 juta dengan tujuan Vietnam.
Baca juga: Kementan siapkan lima strategi peningkatan ekspor pertanian
Enam komoditas lainnya yakni kacang mede, minyak cangkang kacang mede, dedak gandum, rumput laut, plywood dan karagenan dikemas dalam 139 kontainer dengan nilai ekonomi Rp103,9 miliar.
"Khusus untuk kacang mede yang diekspor kali ini dengan tujuan negara baru yakni Thailand. Ini juga dampak positif dari pemberlakuan direct call," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019