Padang Panjang (ANTARA) - Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) total sudah mencatat 9.134 rekor sejak museum itu berdiri pada 27 Januari 1990.
"MURI didirikan 27 Januari 1990. Sejak itu sudah ada 9.134 rekor dan yang terakhir tercatat hari ini, pemecahan rekor penari terbanyak di Padang Panjang berjumlah 2.200 orang," kata Manajer MURI Triyono di Padang Panjang, Senin.
Pencatatan rekor itu mencakup pemecahan rekor dan pencatatan rekor baru.
"Rekor yang sudah dipecahkan tidak kami hapus, karena kami ingin memberikan apresiasi atas usaha pemilik rekor yang sudah menciptakan sesuatu yang bermanfaat," katanya.
Pengajuan pencatatan satu rekor, ia menjelaskan, harus memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu bersifat superlatif dan terukur, belum pernah ada, unik, atau belum dimiliki oleh siapapun.
Setelah salah satu atau semua kriteria tersebut dipenuhi, ada penilaian terkait muatan pendidikan dan budaya serta kemanfaatannya.
Triyono mengatakan bahwa MURI memberikan prioritas untuk pencatatan rekor kegiatan yang memuat unsur budaya dalam upaya mewujudkan misi melestarikan budaya daerah dan menumbuhkan kebanggaan masyarakat terhadap kebudayaan sendiri.
"Rekor penari terbanyak di Padang Panjang hari ini dapat dijadikan contoh bahwa 2.200 anak sudah belajar dan mengenali sehingga mampu menampilkan salah satu tarian daerah mereka," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Padang Panjang Desmon mengatakan bahwa pemecahan rekor penari terbanyak dengan penampilan tarian daerah oleh 2.200 siswa merupakan bagian dari acara pembukaan Kemah Budaya Nasional (KBN).
"Tidak hanya membukukan rekor, namun ada pendidikan karakter selama proses anak-anak belajar menari yang kami harapkan tertanam pada pribadi anak," katanya.
Ia menambahkan, atraksi budaya itu selain mendekatkan anak dengan seni dan budaya daerah juga untuk mengajarkan anak untuk bertanggungjawab, bekerja sama, percaya diri, dan mandiri.
Baca juga:
Atraksi budaya KBN 2019 di Padang Panjang pecahkan rekor MURI
Festival Pacu Jalur Riau pecahkan dua rekor MURI
Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019