Angkutan laut diperkirakan akan meningkat karena bersaing dengan angkutan udara sebagai moda orang untuk balik ke Jakarta atau sekitaranya.
Jakarta (ANTARA) - Rencana pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur diperkirakan akan menaikkan jumlah pergerakan angkutan laut, kata pengamat transportasi Universitas Katholik Soegijapranata Semarang, Jawa Tengah, Djoko Setijowarno.
“Angkutan laut diperkirakan akan meningkat karena bersaing dengan angkutan udara sebagai moda orang untuk balik ke Jakarta atau sekitaranya,” kata Djoko kepada Antara di Jakarta, Senin.
Terkait rencana pemindahan Ibu Kota itu, Djoko meminta pemerintah segera memperbaiki sarana serta prasarana transportasi laut yang dinilai masih menjadi catatan, terutama terkait data manifest (penumpang) dan jaminan ketersediaan jaket keselamatan (life vest).
Contohnya, baru-baru ini, yaitu kecelakaan KM Santika yang menyebabkan 56 korban dan tiga tewas di Sumenep, Jawa Timur.
Selain kapal penumpang, Djoko menambahkan, kapal barang juga perlu diperhatikan mengingat bertambahnya pergerakan barang dari dan ke Kalimantan seiring dengan pergerakan penumpang.
Baca juga: DPR terima surat kajian pemindahan ibu kota dari pemerintah
Terkait kesiapan angkutan perkotaan, ia mengatakan untuk tahap awal harus tersedia setidaknya bus.
“Paling gampang bus saja kalau kereta nanti dulu lah. Dengan bus berjadwal 10-15 menit akan lewat itu sudah lumayan,” katanya.
Terlebih akan ada jalan tol yang menghubungkan Kota Samarinda dan Balikpapan.
Calon Ibu Kota negara yang baru yakni terbentang di antara dua kota vital di Kalimantan Timur itu.
Untuk angkutan udara, menurut Djoko, sudah didukung dua bandara, yakni Bandara APT Pranoto di Samarinda dan Bandara Sepinggan di Balikpapan.
Sementara itu, untuk pelabuhan sudah ada Pelabuhan Semayang dan masih bisa dikembangkan lagi.
Baca juga: Kadin minta pengusaha dukung pemindahan Ibu Kota ke Kaltim
Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan rencana pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur pada Senin (26/8).
Lokasi tersebut, tepatnya di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanaegara, Kalimantan Timur
Menurut Presiden, lokasi tersebut merupakan lokasi yang paling ideal untuk Ibu Kota yang baru karena telah melalui dua kajian, yakni struktur tanah dan dampak ekonomi.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019