Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Migas Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA) menyatakan optimistis terhadap kondisi industri hulu migas Republik Indonesia yang dinilai akan semakin meningkat baik eksplorasi maupun produksi migas pada masa mendatang.
"Kami optimis kondisi industri hulu migas Indonesia di masa mendatang akan lebih baik karena adanya kerjasama antara semua pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Indonesia," kata Penjabat Presiden IPA, Bij Agarwal, dalam rilis di Jakarta, Senin.
Menurut Bij, sehubungan dengan fokus pemerintah Indonesia saat ini yang menitikberatkan pembangunan SDM Unggul, pihaknya mengungkapkan bahwa industri hulu migas merupakan sebuah industri dengan nilai investasi sangat besar dari jutaan hingga miliaran dollar AS di mana sebagian besar pekerjanya merupakan putra-putri terbaik bangsa Indonesia yang memiliki standar dan kompetensi tinggi.
Ia mengemukakan bahwa upaya meningkatkan eksplorasi dan optimasi produksi minyak dan gas bumi merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan bersama para pemangku kepentingan di sektor ini demi ketahanan energi Indonesia di masa mendatang.
Hal tersebut yang mendorong IPA mengusung tema "Driving Exploration and Optimizing Existing Production for Long Term Energy Security" dalam penyelenggaraan Konvensi dan Pameran IPA ke-43 Tahun 2019 (IPA Convex 2019), yang digelar 4-6 September 2019, di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Sementara itu, Chairperson IPA Convex 2019, Hanny Denalda dalam ajang tersebut juga akan diberikan pelatihan kepada mahasiswa tentang bagaimana cara membuat curriculum vitae (CV) yang menarik terutama jika ingin berkarir di industri migas.
IPA menyadari bahwa generasi muda perlu untuk bergabung ke dalam industri hulu migas demi memastikan keberlangsungan sektor ini dan adanya ketahanan energi di masa mendatang.
"Kami menargetkan generasi milenial dapat memiliki persepsi yang positif dan tertarik pada industri migas nasional," harap Hanny.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) optimistis investasi hulu migas di Tanah Air bakal meningkat, mengingat Kementerian ESDM juga secara resmi telah memulai proses lelang reguler Wilayah Kerja (WK) migas konvensional tahap tiga 2019.
Dwi Soetjipto mengemukakan, hingga 2027, setidaknya ada 42 proyek utama migas yang akan dilaksanakan dengan total investasi mencapai 43,3 miliar dolar AS. Total produksi dari 42 proyek tersebut 1,1 juta BOE, mencakup minyak bumi sebesar 92,1 ribu barel oil dan gas sebesar 6,1 miliar kaki kubik per hari.
"Empat di antaranya merupakan proyek strategis nasional (PSN) hulu migas yang menjadi prioritas untuk meningkatkan produksi migas demi memenuhi konsumsi migas domestik yang semakin meningkat," ungkap mantan Dirut Pertamina tersebut.
Dwi lebih lanjut menjelaskan, sampai dengan 30 Juni 2019 ada sebanyak 13 persetujuan rencana pengembangan lapangan (POD) sudah disetujui dan memberikan potensi tambahan cadangan migas sebesar 132 juta setara barel minyak (MMboe). Jumlah tersebut secara akumulasi menghasilkan rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) sebesar 23,85 persen dari target APBN 2019 sebesar 100 persen.
Sementara itu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher mengatakan untuk mendukung eksplorasi migas ke depan, pihaknya telah menentukan 10 wilayah prospektif.
Kesepuluh wilayah potensial antara lain, di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
Baca juga: Jonan sebut ketidakpastian industri hulu migas tinggi, ini contohnya
Baca juga: Industri hulu migas bukan hanya soal DBH
Baca juga: IPA: Baru 16 cekungan dimanfaatkan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019