Bali (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meluncurkan satu perguruan tinggi (PT) swasta baru yang dipimpin rektor asing di Indonesia, yakni Indonesia Cyber Education (ICE) Institute.
Nasir menandatangani prasasti Gedung ICE Institute Cyber Education (ICE) Institute dan menyerahkan surat izin prinsip Universitas Siber Indonesia kepada Ketua Pengurus Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK) Ramlan Siregar.
"Pertama kali rektor asing yang masuk di Indonesia yaitu di Universitas Siber Indonesia yang diselenggararkan Universitas Nasional Jakarta," kata Nasir kepada wartawan usai pembukaan kegiatan ilmiah sebagai bagian dari rangkaian acara peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-24 di Denpasar, Provinsi Bali, Senin.
Nasir mengatakan ICE Institute menjadi univeristas siber pertama di Indonesia yang berbasis dalam jaringan dengan dipimpin rektor asing.
"Rektor tadi punya pengalaman memimpin perguruan tinggi, satu pernah memimpin perguruan tinggi di Hankuk University di Korea Selatan dan pernah jadi dosen dan profesor di Amerika dan sekarang dia menjadi rektor di universitas cyber ini," ujarnya.
Dia mengatakan keberadaan rektor asing tersebut harus mampu menjadikan universitas tersebut berkualitas dan berdaya saing di tingkat global.
"Targetnya adalah meningkatkan APK (Angka Partisipasi Kasar), mutu harus jadi baik dan daya saing nanti di tingkat internasional," ujarnya.
Dia berharap mahasiswanya tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari negara-negara lain.
"Ini ada permintaan mahasiswanya bisa dari Asia Tenggara, Asia Barat maupun di Afrika, mudah-mudahan jalan," tuturnya.
Dia juga berharap agar ada perguruan tinggi negeri yang segera dipimpin oleh rektor dari luar negeri.
Saat ini, Nasir menuturkan pihaknya sedang memperbaiki peraturan-peraturan terkait yang dapat menghambat perekrutan rektor asing.
"Untuk perguruan tinggi negeri kami lagi perbaiki peraturan-peraturan pemerintah atau peraturan yang terkait lah ini perlu kita lakukan perbaikan lah nanti baru jalan di tahun 2020," tuturnya.
Dia berharap agar perguruan tinggi tidak risau dengan rencana perekrutan rektor asing dan dapat berkolaborasi dengan tenaga asing untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
"Jangan risau tentang rektor asing, di dunia pendidikan manapun tidak bisa maju kalau tidak mau kolaborasi," ujarnya.
Baca juga: Menristekdikti dorong rektor asing masuk universitas swasta dulu
Baca juga: Akademisi: Rektor asing bukan jawaban terhadap upaya meningkatkan SDM
Baca juga: Perekrutan rektor asing terhambat 14 PP, kata Menristekdikti
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019