Banjarmasin (ANTARA News) - Perantauan Banjar atau urang Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) banyak yang tidak lagi mengenal seni budaya dan kerajinan khas daerah leluhurnya, kata H. Mardiansyah, anggota DPRD Kalsel. Ia mencontohkan, urang Banjar yang berada di Tambilahan, Kabupaten Indra Giri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, banyak yang tak mengenal seni budaya dan kerajinan leluhur mereka, katanya, di Banjarmasin, Rabu. Anggota Komisi II bidang ekonomi keuangan DPRD Kalsel dari Fraksi Partai Bintang Reformasi (PBR) itu mengatakan, urang Banjar di Tambilahan banyak yang tak begitu mengenal seni budaya tradisional "mamanda" (bamanda, yakni sejenis sandiwara), "japin" (sejenis jepin), dan lainnya. Begitu pula jenis kerajinan khas daerah Banjar layaknya "bakul purun" (bakul terbuat dari bahan sejenis mendong), "tikar purun", "lampit paikat" (lampit/carpet terbuat dari rotan) dan "sasirangan" (kain batik khas daerah Banjar atau sejenis kain celup Yogyakarta). Padahal, ia menilai, urang Banjar di perantauan sebenarnya ingin pula mengetahui sekaligus mempelajari seni budaya, terutama membuat kerajinan khas daerah leluhur mereka yang juga merupakan khasanah kekayaan seni budaya bangsa Indonesia. "Misalnya, mengenai `sasirangan`, urang Banjar di Tambilahan pada umumnya cuma mengenal jenis kain batik khas Banjar yang seadanya atau tak berkualitas. Ternyata, `sasirangan` ada juga harganya mahal dan berkualitas ekspor, tak kalah dengan daerah lain," katanya. Oleh karena itu, pihaknya akan mengajak Dinas Kebudayaan dan Periwisata, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalsel untuk mengelar pameran pelatihan seni budaya dan kerajinan daerah Banjar tersebut di Tambilahan Provinsi RIau Sumatera. "Apalagi, Tambilahan Inhil dulu disebut-sebut sebagai `kabupaten ke-14` untuk Provinsi Kalsel. Oleh karenanya pula, wajar kalau Pemerintah provinsi (Pemprov) Kalsel perlu menyikapi positif keinginan urang Banjar di Tambilahan tersebut," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008