Brisbane (ANTARA News) - Pemerintah Australia bersiap mengikuti jejak Inggris yang mendukung rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menutup Penjara Guantanamo dengan menerima sejumlah tahanannya.
Kabar kesediaan Canberra mendukung program penampungan para tahanan kasus terorisme itu dilaporkan berbagai media cetak Australia Jumat.
Namun, seperti disampaikan seorang juru bicara Pejabat Perdana Menteri Australia Julia Gillard kepada Harian "The Australian", Canberra tidak menerima para tahanan kecuali yang sudah melalui satu proses penilaian.
Saat ini, ada sekitar 60 orang penghuni Penjara Guantanamo yang sudah siap dibebaskan Amerika namun mereka tidak boleh dikirim ke negara asal mereka karena alasan keamanan.
Pemimpin Oposisi Australia Malcom Turnbull meminta pemerintah bersikap transparan dalam masalah penerimaan tahanan Penjara Guantanamo di negara itu.
Bagi Australia, masalah tahanan Guantanamo bukanlah hal baru. Dua warganya pernah ditahan di penjara yang dihuni orang-orang yang dituduh Amerika terlibat dalam berbagai serangan teroris, khususnya insiden 11 September 2001, maupun mendukung kelompok Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden di Afghanistan itu.
Mereka adalah Mamdouh Habib dan David Hicks. Keduanya sudah dibebaskan dan menetap di negaranya.
Jauh sebelum adanya rencana Presiden Obama menutup penjara itu, sudah banyak pihak yang meminta pemerintah AS menutup penjara yang sejak 11 Januari 2002 menampung sedikitnya 774 orang tahanan yang berasal dari beragam bangsa di dunia. Salah satunya adalah Hambali asal Indonesia.
Organisasi perlindungan hak azasi manusia, Amnesti International, menyebut penjara yang didirikan Amerika pasca-insiden 11 September 2001 dan invasinya ke Afghanistan yang didukung Inggris dan Australia itu sebagai "simbol ketidakadilan" sehingga harus segera ditutup. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009