Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Rabu sore, melemah ke posisi di atas Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku pasar kembali membeli dolar AS, akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai 130 dolar AS per barel. "Kenaikan harga minyak mentah dunia merupakan faktor pemicu utama yang mendorong pelaku lokal membeli dolar AS di pasar domestik," kata analis valas PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Rabu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.305/9.310 per dolar AS dibanding penutupan hari Senin lalu yang mencapai Rp9.280/9.296 atau melemah 25 poin. Menurut dia, rupiah juga tertekan oleh dampak merosotnya bursa Wall Street AS yang menekan bursa regional, sehingga keterpurukan mata uang Indonesia makin besar. Selain itu, melemahnya rupiah, karena sebagian pelaku pasar melepas rupiah untuk merealisasikan untung (profit-taking), setelah dua hari lalu mengalami kenaikan. "Jadi keterpurukan rupiah saat ini dinilai wajar, karena pelaku mencari gain, setelah sebelumnya mata uang Indonesia itu bergerak naik," ucapnya. Menurut dia, pelaku sebenarnya agak khawatir membeli dolar AS, karena pertumbuhan ekonomi AS yang melambat dan inflasi yang cenderung meningkat. Namun kebutuhan terhadap dolar AS untuk membeli minyak mentah yang terus menguat mendorong pelaku membelinya menyusul terus menguatnya harga minyak mentah itu, katanya. Para pelaku pasar, lanjut dia juga sedang menunggu rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak pada akhir bulan ini yang menurut rencana akan dinaikkan sebesar 30 persen. Pasar uang, menurut dia, sangat khawatir dengan aksi demo itu yang memberikan pengaruh terhadap rupiah yang sebelumnya sempat menguat hingga di angka Rp9.280 per dolar AS. Dalam kondisi ini, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan masuk pasar untuk mencegah keterpurukan rupiah lebih lanjut, karena apabila rupiah merosot hingga mendekati angka Rp9.400 per dolar AS, maka mata uang Indonesia akan terus melemah, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008