Yogyakarta, (ANTARA News) - Bagaimana cara berkesenian yang mampu mendekonstruksi kehidupan konkret publik? Masalah yang mendera sekarang ini satu saja, dampak dari rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM).Ada seribu satu cara untuk merespons keprihatinan publik. Salah satunya ditunjukkan oleh sekitar seribu orang dari berbagai aliran kepercayaan di bawah koordinasi Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) yang melakukan "laku lampah bisu" (berjalan tanpa mengeluarkan suara) dari Monumen Jogja Kembali (Monjali) menuju Alun-Alun Utara Yogyakarta, Senin malam (19/5). "Kegiatan ini selain untuk memperingati Seabad Kebangkitan Nasional dan sepuluh tahun reformasi, juga untuk menyikapi situasi bangsa saat ini yang sedang prihatin," kata Suyatno, tokoh FPUB Yogyakarta. Kondisi bangsa saat ini terutama menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) semakin terhimpit sehingga FPUB berupaya mendekatkan diri dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan melakukan "laku lampah bisu". Dalam kegiatan itu para peserta "laku lampah bisu" antara lain menggunakan pakaian adat Jawa, pakaian prajurit dengan membawa tombak, pakaian muslim, dan pakaian dari agama lainnya. Sebelum memulai perjalanan mereka mengawali kegiatannya dengan membaca doa dari batin masing-masing serta membawakan "mocopat" (tembang Jawa) yang kemudian dilanjutkan nyanyi bersama Indonesia Raya. Para peserta selanjutnya berjalan ke selatan tanpa mengeluarkan suara, ketika sampai di simpang empat Tugu mereka berhenti dan berdoa kembali serta membawakan "mocopat" serta menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa. Setelah itu mereka berjalan lagi ke selatan menuju pelataran Alun-Alun Utara Yogyakarta. Di tempat ini disampaikan ungkapan syukur dan permohonan kepada Tuhan yang diwujudkan dengan penampilan berbagai bentuk kesenian dan bunyi alat tradisional. Menurut Suyatno, dalam menyikapi situasi saat ini sesungguhnya tidak harus dilakukan dengan unjukrasa secara fisik, tetapi juga bisa dengan perenungan batin dan "laku prihatin" yang bisa memberikan semangat spiritual. Kegiatan ini diikuti antara lain oleh masyarakat lereng Gunung Merapi, masyarakat dari Gunungkidul dan Bantul. "Kami ingin memupuk kembali rasa persaudaraan di antara sesama umat Tuhan," katanya. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008