Moskow, (ANTARA News) - Pelatih Manchester United (MU) Sir Alex Ferguson, Selasa, menyatakan keyakinannya bahwa keterampilan dan gaya permainan yang mereka miliki akan mengungguli kekuatan yang menjadi ciri lawan mereka, Chelsea. Dua tim terbaik di Inggris itu akan saling berhadapan di final Liga Champions yang digelar di Stadion Luzhniki, Moskow, Kamis dinihari WIB. Permainan MU akan mengandalkan umpan-umpan cerdik dan serangan setajam pedang dari segala sektor, sementara Chelsea yang dimotori pemain berbadan tegap Didier Drogba, lebih mengandalkan tenaga untuk membongkar pertahanan lawan. Tapi Ferguson menegaskan bahwa ia tidak mempunyai rencana untuk mengubah gaya permainan. Dia memilih untuk mempercayakan kemampuan para pemainnya. "Saya kira taktik akan lebih banyak berperan dalam pertandingan. Chelsea secara fisik memang lebih tangguh bila dibanding klub Liga Inggris lainnya," kata Ferguson yang terakhir kali mengantar MU ke tangga juara Liga Champions pada 1999. "Mereka (Chelsea) akan bermain dengan mengandalkan tenaga dan saya kira kami tidak harus meladeni dengan permainan serupa. Kami harus bermain sesuai dengan kelebihan kami, yaitu mengandalkan umpan-umpan untuk menciptakan peluang. "Kami memang lebih unggul untuk urusan itu, jadi kami tidak perlu mengubah gaya permainan kami. Tapi harus memberikan perhatian lebih kepada pemain lawan seperti Drogba dan (Michael) Ballack yang merupakan ancaman terbesar," katanya. Hal yang membedakan kedua tim adalah pengalaman. Meski bertabur pemain bintang internasional, MU terdiri atas pemain muda dan kurang teruji. Berbeda dengan Chelsea yang delapan pemain mereka pernah tampil di final kompetisi Eropa itu, MU hanya memiliki lima pemain yang berpengalaman dan dari lima tersebut. Pemain yang paling berpengalaman, yaitu Gary Neville, dipastikan tidak akan tampil karena cedera sepanjang musim kompetisi tahun ini. "Saya mempercayai pemain saya, mungkin secara keseluruhan mereka tidak berpengalaman bila dibanding Chelsea, tapi mereka punya nyali," kata Ferguson. Ia mengaku lega dan dalam suasana menyenangkan menjelang pertandingan. Tekanan menurutnya justru ada pada Avram Grant, pelatih Chelsea yang baru untuk pertama kali mengalami pertandingan setingkat itu. "Saya merasa lega dan santai, ini bukan pengalaman pertama saya di final kompetisi Eropa. Ini adalah final keempat saya," katanya menambahkan. Sebelumnya Ferguson pernah mengantar Aberdeen ke tangga juara Cup Winners` Cup pada 1983 dengan mengalahkan Real Madrid di final.Delapan tahun kemudian, mengulangi sukses bersama MU, kali ini dengan memupus harapan Barcelona di final. Sembilan tahun lalu, MU mencapai prestasi terbaik mereka, yaitu merebut gelar juara Liga Champions setelah di final menyingkirkan juara Jerman Bayern Munich 2-1. Sementara Avram Grant, memang masih dibilang orang baru di kompetisi Eropa karena prestasinya hanya sebatas kompetisi lokal Israel. Tapi Ferguson juga percaya bahwa pelatih berbangsaan Israel itu mampu mengatasi tekanan pada pertandingan final nanti. "Saya pertama kali membawa tim ke final menghadapi Real Madrid dengan pelatih Alfredo di Stefano. Tapi saya tidak ciut," katanya. Tahun lalu, kedua klub juga bertemu di final Piala FA dan adalah Drogba yang menghancurkan harapan MU dengan gol tunggal yang terjadi pada "injury time". Namun tahun ini menurut Ferguson kondisi sudah berbeda karena MU yang baru saja mempertahankan gelar juara Liga Inggris, mempunyai kekuatan yang lebih lengkap. "Kami tahun lebih segar dan lebih fit. Kami mempunyai waktu sepuluh hari untuk mempersiapkan diri itu sangat membantu, meski Chelsea juga mengalami hal yang sama," katanya. Pada final Liga Champions 1999, Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer tampil sebagai pahlawan kemenangan MU, terutama Solskjaer yang secara menyakitkan mengubur impian Bayern pada menit terakhir.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008