Pertemuan dalam bentuk workshop tersebut menyediakan platform untuk bertukar pada aspek-aspek kunci dari transformasi digital dan restrukturisasi perusahaan media di kawasan Asia-Pasifik.
Kuala Lumpur (ANTARA) - Sejumlah Serikat Pekerja Media dari berbagai negara di Asia bertemu di Kuala Lumpur selama dua hari untuk membahas respons serikat pekerja terhadap restrukturisasi perusahaan media dan digitalisasi, Minggu (25/8).
Sejumlah serikat pekerja yang hadir yakni ARTEE (India), ASPEK (Indonesia), NTVEA (Nepal), UNIME (Nepal), NABU (Philippina), FWGP (Philippina), UMCOT (Thailand), UNI KEPSSB (Malaysia), KESTMB (Malaysia), KSKSTMB (Malaysia).
Kemudian Serikat Pekerja dari Wisma Bernama, TPTSEU (Taiwan) dan NIPPORO (Jepang).
Pertemuan dalam bentuk workshop tersebut menyediakan platform untuk bertukar pada aspek-aspek kunci dari transformasi digital dan restrukturisasi perusahaan media di kawasan Asia-Pasifik.
Sesi ini dimulai dengan diskusi panel di mana enam perwakilan serikat pekerja (afiliasi UNI Apro) membuat presentasi pengantar selama lima menit tentang perkembangan di perusahaan mereka.
Mereka mencari tanggapan terhadap lingkungan ekonomi yang berubah dan transformasi digital dari sektor ini yang telah mengurangi pendapatan berbasis iklan dan langganan, ditambah dengan meningkatnya persaingan dari perusahaan-perusahaan Internet yang menyediakan konten media audiovisual melalui Internet.
Baca juga: Menaker ingin serikat pekerja turut serta investasi SDM
“Kami bertemu untuk memperkuat kerja sama serikat pekerja di sektor media, sektor media di seluruh dunia terus mengalami evolusi," ujar Perwakilan ASPEK yang juga Ketua Serikat Pekerja ANTARA, Abdul Gofur.
Pada kesempatan tersebut Presiden Uni Malaysia Labour Center (MLC) Shafei BP Mamal mengatakan digitalisasi merupakan suatu persoalan yang biasa dan mungkin menjadi luar biasa bila serikat pekerja tidak berhati-hati.
"Tetapi kalau kita bisa mengambil tindakan lebih cepat maka tidak luar biasa. Jadi sebenarnya kalau kita tidak mengerti dengan perubahan teknologi maka menjadi ancaman bagi kaum buruh tetapi kalau menggunakan 'smart partnership' disampaikan kepada anggota maka perkara ini boleh dibicarakan," katanya.
Dia mengatakan digitalisasi merupakan persoalan yang dituntut dunia moderen sekarang dan serikat pekerja tidak boleh lari karena generasi muda menuntut supaya teknologi diubah dari sistem yang ada sekarang ke sistem yang lebih canggih atau lebih baru.
Tentang antisipasi yang dilakukan serikat pekerja, dia mengatakan pihaknya dengan didukung majikan harus memberikan pelatihan digitalisasi dan seharusnya diwajibkan kepada anggota.
"Digitalisasi ini berbeda antara satu sektor dengan sektor yang lain kalau industri telekomunikasi digitalisasi berbeda tetapi semua menggunakan networking telekomunikasi. Jadi kita harus ada sedikit ilmu tentang digitalisasi," katanya.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019