Jakarta, (ANTARA News) - Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei yang tahun ini genap satu abad diwarnai aksi penolakan terhadap rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Empat organisasi kaum muda NU-Muhammadiyah yakni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) di Jakarta, Selasa, menolak rencana tersebut. "Kami menilai kenaikan harga BBM akan semakin membebani rakyat karena itu kami menolak," kata Ketua Umum IPNU Idy Muzayyad. Sikap menolak kenaikan harga BBM merupakan salah satu rekomendasi yang dihasilkan dari Semiloka Nasional Kaum Muda NU-Muhammadiyah yang digelar di Jakarta pada 17-19 Mei 2008. Idy mengatakan keempat organisasi sepakat untuk mengampanyekan penolakan kenaikan harga BBM dan menyiapkan gugatan "class action" apabila keputusan kenaikan harga tersebut diberlakukan. "Kami sudah menyiapkan tim ahli hukum dan ekonomi untuk `class action` ini," kata Idy. Ditanya soal adanya UU tentang APBNP yang memberikan kewenangan pada pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM bila harga minyak dunia melebihi 100 dolar AS per barel, Idy mengatakan secara legal formal aturan itu memang ada. "Tetapi ini sebenarnya lebih pada persoalan keberpihakan pemerintah, apakah kepada rakyat atau kepada jaringan kapitalisme global," katanya. Sementara itu ribuan orang dari berbagai elemen seperti Komite Bangkit Indonesia, Front Rakyat Menggugat, dan Serikat Rayat Miskin Indonesia menggelar unjukrasa menolak kenaikan harga BBM. Mereka mengawali aksi di Bundaran Hotel Indonesia dan selanjutnya bergerak ke Istana Merdeka. Tampak dalam unjuk rasa itu beberapa tokoh yang namanya dikenal publik seperti Ketua Komite Bangkit Indonesia Rizal Ramly dan Rieke "Oneng" Dyah Pitaloka. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008