Denpasar (ANTARA News) - Drama tari Maya Denawa yang mengangkat cerita dari situs Sungai Pekerisan, Kabupaten Gianyar, Bali mendapat perhatian besar dari masyarakat internasional, ketika kesenian Bali itu dipentaskan di Sekretariat Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) di Paris, Prancis."Gedung yang berkapasitas 1.700 orang itu penuh sesak, termasuk tim ahli dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah kebudayaan," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Drs Nyoman Nikanaya, di Denpasar Senin. Ia mengatakan hal itu kepada ANTARA News setibanya dari kunjungan ke sekretariat UNESCO di Prancis bersama 37 seniman dan pejabat dari tiga kabupaten masing-masing Tabanan, Badung, Gianyar untuk melakukan serangkaian kegiatan guna memperkuat usulan ketiga situs di Bali menjadi Warisan Budaya Dunia (WBD).Pementasan drama tari yang didukung seniman dari Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Badung merupakan salah satu dari tiga kegiatan untuk memperkuat usulan WBD.Dua kegiatan lainnya meliputi pameran foto-foto tentang ketiga situs yang meliputi meliputi Pura Taman Ayun, Mengwi Kabupaten Badung, kawasan Sekitar Sungai Pekerisan, Kabupaten Ginyar dan kawasan persawahan di Desa Jatiluwih, Penebel, Kabupaten Tabanan.Sedangkan, seminar yang memamarkan ketiga situs itu menampilkan pembicara Prof Wayan Ardika, gurubesar Fakultas Sastra Universitas Udayana dan 12 anggota tim ahli dari UNESCO yang sudah beberapa kali berkunjung ke Bali.Ketiga kegiatan yang meliputi pementasan, pameran dan seminar dinilai cukup sukses dengan harapan mampu memperkuat dan meyakinkan, bahwa ketiga situs di Bali yang diusulkan menjadi warisan budaya sebelumnya telah mendapat dukungan masyarakat luas di Pulau Dewata.Kegiatan yang dilakukan utusan dari tiga kabupaten yang dikoordinasikan Pemerintah Propinsi Bali di sekretariat UNESCO Prancis mampu menjadikan ketiga situs itu telah terdaftar di Badan PBB yang menangani masalah kebudayaan, sebelum diputuskan layak tidaknya menjadi WBD, ujar Nikanaya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008