Beijing (ANTARA News) - Sama halnya dengan sejumlah kota di dunia yang memiliki lokasi belanja, Beijing pun juga mempunyai tempat untuk menyalurkan hobi bagi para "penggila" belanja, guna memuaskan kegemaran berbelanja.
Sebut saja nama Wangfujing, Xidan, Silk Street, Ya Show, Yue Show, Tian Yi atau Hong Qiao dan belum lagi tempat-tempat belanja lain yang jumlahnya mencapai seratusan di kota Beijing.
Akan tetapi, bagi para wisatawan asing yang datang ke Beijing, tujuh lokasi belanja tersebut cukup dikenal, mengingat tempat itu memang lokasi yang direkomendasikan para agen perjalanan atau warga Beijing kepada para tamu.
Wangfujing yang terletak di tengah kota dan lokasinya tidak terlalu jauh dari Lapangan Tiananmen, merupakan pusat belanja favorit tidak saja bagi wisatawan asing dan domestik tapi juga warga kota Beijing sendiri.
Di lokasi itu, pemerintah setempat menyediakan jalan khusus bagi para pejalan kaki untuk menikmati jalan-jalan yang penuh deretan toko di kiri-kanan sepanjang sekitar 1,5 kilometer.
Wisatawan bisa melihat, memilih dan membeli berbagai barang khas China di tempat tersebut. Barang-barang yang tersedia mulai dari pernak-pernik, pakaian, tekstil, mainan anak-anak, alat-alat elektronika, hingga makanan dan minuman khas China.
"Saya sudah beberapa kali datang ke Beijing dan saya selalu datang ke Wangfujing untuk membeli oleh-oleh," kata Petty White, seorang wisatawan Inggris, yang sedang berada di lokasi itu.
Ia mengaku menikmati sekali berbelanja di Wangfujing. Pertama karena jalur bagi pejalan kaki bebas dari kendaraan, sehingga pejalan kaki bisa seperti dirinya merasa aman tidak takut tertabrak kendaraan bermotor.
"Harga barang yang dijual juga tidak terlalu mahal. Kalau pun mahal umumnya masih bisa ditawar walau tidak bisa turun jauh," kata pelancong yang datang bersama rombongan sesama wisatawan Inggris itu.
Untuk datang ke Wangfujing, wisatawan bisa menggunakan taksi dan hampir semua supir taksi di Beijing mengetahui lokasi pusat belanja terkemuka itu.
Namun untuk menghemat ongkos, wisatawan bisa juga sampai ke lokasi itu dengan menggunakan kereta bawah tanah (subway) dengan membayar dua yuan atau sekitar Rp2.600 per orang dan turun di stasiun Wangfujing yang lokasinya tepat di depan pusat belanja itu.
Xidan
Sekitar lima kilometer arah barat Wangfujing, juga terdapat lokasi belanja Xidan yang juga banyak didatangi wisatawan maupun masyarakat Beijing.
Walaupun Xidan tidak sepopuler Wangfujing, tapi di lokasi belanja itu wisatawan akan banyak juga menemukan berbagai barang yang bisa dijadikan oleh-oleh atau untuk dipergunakan sendiri.
Di Xidan juga terdapat ratusan toko-toko yang lebih kecil atau kios tidak seperti di Wangfujing yang tokonya umumnya lebih besar.
Bedanya denganWangujing, untuk berbelanja di Xidan, pembelanja akan dihadapkan pada kondisi belanja yang "berdesak-desakan", demi memperoleh barang dengan harga murah tapi kualitasnya cukup baik.
Sebaliknya, di Beijing juga ada pilihan untuk wisatawan yang lebih suka berbelanja dalam satu gedung (one stop shopping) yang beratap sehingga pembelanja tidak akan kepanasan atau kehujanan. Tempat itu adalah Silk Street yang terletak di wilayah Yong`anli.
Terapat gedung berlantai enam di tempat itu yang bisa memanjakan wisatawan untuk memilih barang yang diinginankan dalam satu gedung penataannya memudahkan calon pembeli untuk mencari barang.
Di lantai satu dan dua misalnya, khusus menyediakan pakaian, baju, jaket dan celana dengan berbagai motif dan mode. Sementara di lantai tiga tersedia kain dan pakaian sutera dengan berbagai warna, bahan, dan corak sesui selera,
Pada lantai empat dan lima tersedia perhiasan batu-batu mulia, seperti giok dan emas, sedangkan di lantai enam tersedia restoran dengan berbagai menu makanan dan minuman.
Pusat belanja Silk Street juga merupakan lokasi favorit bagi para wisatawan asing yang ingin membeli oleh-oleh dan juga sangat mudah bagi warga asing dari berbagai bangsa dan negara untuk berbelanja di tempat itu, khususnya dalam mengatasi hambatan bahasa.
Calon pembeli yang tidak bisa berbahasa China, tidak perlu khawatir bakal mengalami kesulitan berkomunikasi dengan pedagang karena mayoritas penjual di Silk Street bisa bahasa Inggris bahkan tidak sedikit pula yang bisa bahasa Rusia.
"Saya bisa bahasa Inggris dan Rusia. Walaupun tidak bagus tapi sudah bisa dipergunakan untuk melayani tawar-menawar dengan calon pembeli," kata Liu Ma, seorang pedagang pakaian di Silk Street.
Menurutnya, selain banyak wisatawan yang menggunakan bahasa Inggris yang ingin belanja, wisatawan dari Rusia juga banyak yang belanja dan mereka umumnya membeli dalam partai besar, sehingga kemampuan berbahasa asing sangat diperlukan bila ingin dagangan laris.
Pusat belanja lain yang tak kalah populer adalah Ya Show yang letaknya di daerah Sanlitun, suatu daerah yang berdekatan dengan tempat tinggal atau kantor sejumlah kedutaan besar atau korps diplomatik.
Sama halnya dengan di Silk Street, di Ya Show gedungnya setiap lantai juga telah di tata untuk memudahkan wisatawan agar tidak perlu "pusing-pusing" mencari barang yang dikehendaki.
Para penjual di Ya Show umumnya juga bisa berbahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, bahkan beberapa di antaranya ada yang bisa bahasa Indonesia atau Melayu, karena memang lokasi itu merupakan tempat favorit belanja bagi wisatawan asal Indonesia dan Malaysia.
"Saya sudah punya langganan orang Indonesia. Kebetulan juga saya pernah tinggal di Indonesia selama dua tahun, jadi saya bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit," kata Gao Ming dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Ia yang menjual pakaian khusus anak-anak mengaku, banyaknya tempat belanja sejenis yang bertebaran di Beijing, membuat wisatawan memiliki banyak pilihan, sehingga seringkali tidak mendapat transaksi seharian.
Hal tersebut juga diakui oleh pedagang lainnya, Ciu Ling, yang mengatakan bahwa persaingan sesama penjual di Ya Show saja sudah sangat ketat apalagi dengan banyaknya tempat belanja yang tumbuh di Beijing.
"Kadang sepi, kadang ramai. Kalau lagi musim liburan panjang dan banyak wisatawan asing datang biasanya banyak yang berbelanja. Saya berharap Olimpiade nanti akan banyak wisatawan asing yang datang berbelanja di sini," kata Ciu Ling yang menjajakan kaos dan baju khas China.
Kiat belanja
Ada satu kiat yang perlu diperhatikan bagi wisatawan asing yang ingin berbelanja di sejumlah tempat belanja yang tersebar di Beijing dan ini umumnya berlaku sama ketika datang ke pusat belanja yang banyak dikunjungi wisatawan asing.
"Jangan takut menawar dengan harga rendah dan jangan takut dimarahi oleh pedagang karena menawar harga dengan terlalu rendah," demikian pesan yang diberikan oleh banyak warga asing yang telah lama tinggal di Beijing.
Para pedagang di Silk Street dan Ya Show misalnya, umumnya mereka akan memberikan harga yang sangat tinggi apabila yang datang calon pembeli adalah orang asing dan terkesan baru datang ke Beijing atau belum mengetahui pasaran harga.
Pedagang umumnya akan menawarkan harga "gila-gilaan" hingga dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat dari harga yang sesungguhnya.
"Biasalah kita kan juga ingin mendapat untung yang banyak dari menjual pakaian," kata Gao Ming tersipu-sipu, ketika disebut mengenai kebiasaan pedagang itu.
Sejumlah warga asing yang sudah lama tinggal di Beijing dan berpengalaman belanja di pusat belanja bahkan menyarankan pada calon pembeli untuk berani menawar dengan harga seperempat dari harga yang ditawarkan.
Biasanya penjual akan marah-marah karena pembeli menawar dengan harga yang menurut mereka tidak masuk akal. Namun itu adalah kesempatan bagi pembeli akan tarik ulur menaikkan penawaran harga dan paling tinggi menaikkan hingga setengahnya.
"Jadi kalau harga yang diberikan 100 yuan maka yang pertama kita tawar adalah 25 yuan dan paling tinggi harga yang akan kita beli adalah 50 yuan," kata Tita, seorang ibu rumah tangga warga negara Indonesia yang sudah sembilan tahun tinggal di Beijing.
Penjual biasanya tidak akan berani melepas si calon pembeli untuk tidak membeli di tokonya. Apalagi jika pada musim sepi di saat pembeli tidak banyak dan toko yang menjual produk serupa juga terdapat banyak di sekitarnya.
Biasanya si calon pembeli akan dipanggil atau bahkan di tarik bajunya oleh si penjual jika si calon pembeli ingin meninggalkan tokonya karena tawarannya ditolak.
"Biarin saja mereka memang selalu begitu (marah-marah). Itu artinya mereka (si penjual) tidak bisa mendapatkan untung yang besar tapi tetap saja mereka mendapat untung," kata Tita menambahkan.
Ia menyarankan, ada baiknya memang bagi wisatawan yang baru pertama kali datang ke Beijing dan ingin belanja tapi belum tahu seluk-beluk belanja, hendaknya ditemani orang lain yang sudah lama tinggal di Beijing, misalnya teman atau kerabatnya.
Umumnya para pedagang tidak akan berani memberikan harga tinggi apabila mereka tahu bahwa si calon pembeli adalah orang yang telah lama tinggal di Beijing dan dianggap sudah mengetahui harga barang, sekalipun orang asing. (*)
Oleh Oleh Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2008
jadi ada patokan buat nawar harga.