Bandarlampung, (ANTARA News) - Tak ada rotan, akar pun jadi. Peribahasa ini tampak menginspirasi sejumah warga di Bandarlampung yang memilih naik angkot untuk merespons kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), terutama jenis premium (bensin), hingga Senin. Akibat BBM yang masih sulit didapatkan, warga yang semula menggunakan mobil untuk mendukung aktivitasnya, akhirnya memutuskan untuk sementara "mengandangkan" kendaraannya itu dan beralih menggunakan angkutan kota (angkot). Di Bandarlampung, tampak antrian kendaraan roda empat dan sepeda motor di sejumlah SPBU di Bandarlampung masih terjadi sejak Senin pagi, diantaranya pada SPBU Jl by pass Soekarno-Hatta di dekat RS Imanuel Bandarlampung, SPBU Kalibalok di Jl Antasari, SPBU Jl Diponegoro Telukbetung, dan beberapa SPBU lainnya. Akibat kondisi kelangkaan BBM terutama jenis premium, disusul kemudian pertamax dan juga solar di beberapa SPBU, menimbulkan lonjakan harga eceran premium yang melampaui kewajaran di Bandarlampung dan di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Harga eceran bensin yang biasanya tidak lebih Rp6.000 per liter, tiba-tiba melonjak menjadi Rp9.000 per liter, bahkan di beberapa tempat melebihi angka Rp10.000 per liter, melampaui harga BBM jenis pertamax. "Nggak tahu kenapa harga eceran bensin itu jadi tidak terkendali seperti itu, seharusnya tetap bisa dikendalikan supaya tidak makin menyusahkan rakyat seperti kami ini," kata Indra, warga Bandarlampung yang kecewa karena terpaksa membeli bensin eceran dengan harga melambung itu. Sejumlah warga Kota Bandarlampung juga mengantisipasi masih langkanya BBM jenis premium itu, diantaranya dengan menghemat penggunaan BBM yang masih tersedia pada kendaraan mereka, dengan menghindari bepergian yang tidak benar-benar penting. Beberapa warga bahkan memutuskan untuk sementara "mengandangkan" mobil yang dimiliki dan biasa digunakan untuk antar jemput keluarga dan keperluan lain, dengan mengganti sementara menggunakan sepeda motor yang dimiliki. "Sementara pakai sepeda motor dulu, biar lebih hemat, nanti kalau bensin sudah normal lagi baru digunakan mobil kembali," kata Adiansyah, warga Bandarlampung pula. Beberapa pegawai pemerintah di Bandarlampung pada Senin yang masuk kerja, diantaranya mengaku memilih menggunakan angkutan umum (angkot), mengendarai sepeda motor dan tidak menggunakan mobil atau memilih naik ojek sepeda motor, supaya bisa lebih berhemat dan tidak harus terjebak antrean mendapatkan BBM di SPBU itu. Warga justeru mempertanyakan ketegasan Pemda dan dinas terkait di daerahnya, termasuk kejelasan dari Pertamina setempat, atas kondisi kelangkaan BBM sejak beberapa hari terakhir itu. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008