Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster akan terus menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah setempat agar semakin baik dari sebelumnya sehingga dampaknya dapat lebih dinikmati kelompok masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah.

"Pertumbuhan ekonomi Bali selama ini sudah cukup baik, namun sebetulnya secara potensi dan peluang masih dapat lebih ditingkatkan lagi. Masih ada potensi besar yang bisa diakselerasi, dipercepat," kata Koster saat memberikan sambutan acara Pengukuhan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, di Denpasar, Jumat.

Menurut dia, pola ekonomi di Bali selama ini sebenarnya masih lebih banyak disebabkan faktor alamiah, belum sepenuhnya didukung dengan intervensi kebijakan dari pemerintah daerah.

Supaya mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi Bali lebih baik, dengan mengoptimalkan segala potensi dan peluang yang dimiliki, pihaknya terlebih dahulu akan melakukan pemetaan yang dilanjutkan dengan pembuat desain.

"Sekarang, saya sedang desain agar pertumbuhan ekonomi di Bali bisa lebih meningkat. Akselerasi (pertumbuhan ekonomi-red) ke depannya menjadi lebih cepat lagi, lebih fundamental. Melalui Kebijakan dan regulasi, lalu dikelola maksimal dengan sistem yang tepat, sinergis, sinkron. Maka menurut perhitungan saya pertumbuhannya bisa mencapai tujuh persen," ucap Koster.

Kemudian dari pertumbuhan ekonomi tersebut akan berdampak secara merata, terutama untuk kelompok ekonomi menengah ke bawah akan paling bisa menikmatinya secara langsung.

"Saya petakan semua potensi dan turunan kebijakan untuk memacu itu. Diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendukung agar nantinya pertumbuhan ekonomi yang berjalan benar-benar menukik pada masyarakat bawah. Kita galakkan lagi industri kecil, UMKM, koperasi dan lainnya," ujarnya.

Koster pun menegaskan Bali sebetulnya secara potensi ekonomi sangat luar biasa. Meskipun wilayahnya terbilang tidak cukup luas dengan pertambahan penduduk relatif konstan yang berada di kisaran angka 4 juta, tetapi Bali mempunyai kelebihan akan daya pikat sebagai destinasi wisata dunia.

"Sekitar 35-40 persen wisatawan internasional, pintu masuknya adalah Bali. Minimum jumlahnya sampai 7 juta per tahun. Belum lagi wisatawaan domestik, 9 juta lebih jumlahnya . Kalau ini bisa dikelola dengan baik, ini adalah potensi ekonomi yang bisa didorong untuk menggerakkan ekonomi Bali, hingga ke tingkat UMKM," katanya.

Sementara selama ini kondisinya masih belum padu, sinkron dan terkesan jalan sendiri-sendiri. "Sekarang saya akan kumpulkan semua agar sinergis semua pelakunya, betul-betul jadi penopang ekonomi Bali," ucap mantan anggota DPR RI ini.

Sementara itu terkait pergantian pimpinan Kanwil BI Provinsi Bali, Gubernur Koster mengucapkan selamat dan sangat mengapresiasi terlebih selama ini BI telah menunjukkan kinerja luar biasa.

"Selama di bawah Pak Causa ( Causa Iman Karana, red) pengelolaan ekonomi Bali secara makro, selalu di atas rata-rata nasional. Inflasi selalu di bawah. Impact-nya pengangguran dan kemiskinan sangat rendah di Bali. Ketimpangan terus menurun, angka kemiskinan dan pengangguran juga menurun," ucapnya.

Di sisi lain, tambah Koster, kontribusi BI terhadap pertumbuhan ekonomi sektor riil juga terasa. Perkembangan UMKM dan koperasi terutama terkait pariwisata.

"BI binaan UMKM-nya banyak, dan hasilnya sangat baik. Kopi, kakao, bawang merah, kain songket setelah dibina oleh BI berkualitas semua. Saya perhatikan betul. Luar biasa kinerjanya. Kami berharap Bapak Kepala BI baru, bisa berperan maksimal bagi Bali," ujarnya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyebut acara ini merupakan gambaran bahwa BI akan terus melakukan sinergi dengan stakeholder, mitra, pemda, dinas dan lembaga terkait serta pelaku usaha.

Harapannya ialah untuk memberikan kontribusi yang lebih baik bagi perekonomian Bali. "Tugas pemerintah yang semakin berat, ekonomi global yang kondisinya semakin melambat. Perang dagang China dengan US (Amerika Serikat) meluas. Dampaknya, koreksi pertumbuhan ekonomi di banyak negara.***1***


Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019