Warung kopi kini bukan lagi sekadar makan dan minum saja, namun sudah menjadi tempat untuk bersosialisasi

Jakarta (ANTARA) - Bisnis coffe shop atau warung kopi kekinian semakin digandrungi di Jakarta karena keuntungan yang didapat sangat menjanjikan seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat.

"Warung kopi kini bukan lagi sekadar makan dan minum saja, namun sudah menjadi tempat untuk bersosialisasi," kata ahli kopi Pambudi Prasetyo di Jakarta, Jumat.

Menurut Pambudi menjamurnya warung kopi saat ini karena masyarakat Jakarta tidak lepas dari kopi dalam menjalankan aktivitasnya mulai dari pagi hingga sore bahkan malam.

"Tingginya minat masyarakat terhadap kopi membuat bertumbuhnya coffee shop, baik merek lokal maupun brand-brand terkemuka," ujar dia.

Data dari Ditjen Industri Agro Kemenperin menyatakan, pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan dalam negeri meningkat rata-rata 7 persen per tahun.

Indonesia adalah negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia.

"Ini menjadi potensi pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri. Produksi kopi kita adalah 639.000 ton tahun 2017 atau 8 persen dari produksi kopi dunia dengan komposisi 72,84 persen merupakan kopi jenis robusta dan 27,16 persen kopi jenis arabika," tutur Pambudi.

Menurut Pambudi untuk membuka warung kopi tidak membutuhkan ruang yang luas dengan ukuran 3x3 meter sudah bisa membuat ruangan yang nyaman tinggal menyuguhkan kopi dan makanan sesuai selera.

Bagian penting lainnya adalah ketersediaan listrik yang memadai mengingat hampir semua mesin yang dipergunakan di warung kopi modern menggunakan listrik bahkan menggunakan kapasitas besar.

Lebih jauh Barista asal Bali, Nyoman Suweca mengatakan untuk mendirikan coffee shop kekinian yang menampilkan frame mural yang menarik, dengan investasi lampu, meja dan kursinya, serta sekitar 4 jenis mesin untuk membuat kopi diperlukan investasi awal berkisar antara Rp100 - 150 juta.

"Biasanya satu coffee shop juga minimal mempekerjakan antara 4 -5 orang, termasuk barista dan waiter (pramusaji)," tuturnya.

Menurut dia investasi terbesar adalah pada harga mesin-mesin seperti coffee grinder (mesin giling kopi), mesin espresso, french press (alat penghilang ampas kopi), milk steamer, dan kulkas untuk menyimpan susu dan campuran bahan kopi lainnya (chest freezer).

"Harga satu jenis mesin saja berada sekitar Rp35 - 50 juta; kemudian juga jenis kopi yang banyak disukai saat ini adalah jenis kopi premium atau specialty coffee (jenis kopi khusus yang tumbuh di daerah tertentu),” paparnya.

Di bidang usaha coffee shop, daya listrik setiap jenis mesin berbeda-beda, bervariasi antara 1.200 watt sampai 1.300 watt, di luar daya boiler. Biasanya setiap venue memiliki minimal 4 jenis mesin, serta pendingin ruangan (AC) sehingga untuk menyediakan daya listrik beserta spare daya tersedia, mereka perlu menyediakan sekitar 10.000 watt, ujar Suweca.

Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sri Yunianti mengatakan memiliki program khusus bagi pelaku di industri kopi, khususnya para barista untuk meningkatkan kemampuan.

"Program ini biasanya diadakan berdasarkan permintaan dari Dinas Industri dan Perdagangan setempat," tambahnya.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019