Takengon, Aceh (ANTARA) - Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Aceh menyebutkan sedikitnya 330 ekor kuda bakal mengikuti even pacuan kuda tradisional di Takengon, Aceh Tengah pada 26 Agustus hingga 1 September 2019.
"Peserta pacuan kuda kali ini cukup banyak. Informasi yang kita dapat dari calon peserta di daerah asal menyebut lebih 330 peserta," ujar Kepala Disparpora Aceh Tengah Jumadil Enka melalui Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata, Hamdani di Takengon, Jumat.
Ia menjelaskan, calon peserta dari tiga kabupaten di antaranya Aceh Tengah sebagai tuan rumah dengan jumlah hampir semua pemilik kuda yang dewasa ini berjumlah sekitar 200-an ekor.
Baca juga: Ratusan kuda ikuti lomba pacuan tradisional
Lalu calon peserta dari Bener Meriah, Aceh yang bakal mengikuti even pacuan kuda kali ini bakal menurunkan sekitar 70-an ekor, dan Gayo Lues, Aceh meminta tambahan kuota peserta menjadi 60 ekor.
"Seperti Gayo Lues dari yang kita undang 45 ekor, tapi mereka minta kepada kita agar 60 ekor. Kita bilang ke mereka, tak masalah," katanya.
Ia mengaku, mulai hari hingga akhir pekan nanti bakal menurunkan tim yang mengukur kriteria pacuan kuda tradisional bakal digelar di Arena Haji Muhammad Hasan Gayo, Belang Bebangka, Pegasing, Aceh Tengah.
"Itu (pengukuran) nanti pada saat pendaftaran oleh tim teknis, mulai hari ini (Jumat, 13/8). Jadi sore nanti, baru kita dapatkan informasi berapa jumlah peserta sementara yang akan diperlombakan," tutur dia.
Baca juga: Padangpariaman gelar pacu kuda tradisional
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah tahun ini telah berkomitmen tetap melestarikan dan menjaga populasi kuda asal Gayo guna mempertahankan budaya asli yang dimiliki oleh daerah setempat.
"Perkawinan silang dengan kuda dari daerah lainnya seperti Australia penting dilakukan agar banyak kuda-kuda kita yang bisa mengikuti ajang tingkat profesional dan mempertahankan populasi kuda Gayo juga penting," kata Wakil Bupati Aceh Tengah, Firdaus.
Ia menjelaskan, pemerintah daerah setempat akan terus mempertahankan populasi, dan atraksi pacuan kuda tradisional Gayo tersebut dengan joki cilik menunggangi kuda tanpa pelana merupakan budaya asli yang memiliki nilai dan daya tarik.
Pihaknya berjanji akan merawat tradisi ini dengan melibatkan beberapa daerah agar berpartisipasi, dan menyemarakkan lomba pacuan kuda tradisional diselenggarakan di daerah dataran tinggi merupakan pernghasil kopi arabika terbaik tersebut.
"Kita berharap pacuan kuda tradisional Gayo, masuk dalam agenda pariwisata Aceh setiap tahunnya, dan bisa masuk dalam kalender wisata nasional," katanya.
Baca juga: Pacuan kuda tradisional meriahkan HUT RI
Adu ketangkasan pacuan kuda tradisional di Kuningan
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019