Jakarta (ANTARA News) - Budayawan Emha Ainun Nadjib menyatakan, momentum 100 Tahun Kebangkitan Nasional merupakan waktu yang tepat bagi masyarakat Indonesia untuk memulai perubahan ke arah yang lebih baik. "Kita sedang dihadapkan pada gerbong sejarah yang luar biasa. Gerbong perubahan ini mau tidak mau akan terjadi. Kita akan membangun peradaban baru dan ini tahun yang tepat untuk memulai perubahan peradaban itu," katanya di Jakarta, Minggu. Ketika berbicara dalam Seminar Nasional dalam rangka 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan oleh DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, Emha mengkritik tema seminar "Bangkitlah Negeriku, Harapan itu Masih Ada". Emha mengatakan, bukan hanya harapan yang masih ada, tetapi Indonesia punya kemampuan yang luar biasa untuk bangkit dan punya pengaruh di dunia internasional. Karena itu, Emha mengajak semua pihak untuk lebih percaya diri. "Tidak ada Olimpiade Fisika yang tidak dijuarai Indonesia, tidak ada festival kesenian yang tidak dimenangi Indonesia. Jadilah orang yang hebat dan tahu bahwa dirinya hebat," katanya. Sukses jadi guru Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang berbicara pada pembukaan seminar itu mengatakan, Indonesia sukses menjadi "guru" bagi negara-negara lain di dunia, sejak pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. "Banyak negara-negara di Afrika, Eropa Timur, ASEAN, yang terinspirasi dengan kemerdekaan Indonesia, tetapi sekarang mereka lebih maju. Malaysia dan Vietnam yang pernah `belajar` dari Indonesia sekarang jauh lebih maju dari `guru`-nya," katanya. Namun demikian, katanya, semua itu harus menjadi pemacu semangat bangsa untuk bangkit dan menjadi lebih maju. "Semestinya Indonesia bukan hanya menjadi inspirator bagi kemajuan bangsa-bangsa di dunia," katanya. Sedangkan pembicara lain, Panglima Penguasa Darurat Militer (PDM) tahun 1999 di Timor Timur, Letjen (Purn) Kiki Syahnakri, membangkitkan semangat nasionalisme jangan hanya menjadi, slogan tetapi harus benar-benar dilaksanakan. Kiki menambahkan, untuk menghadapi globalisasi ke depan, maka peran negara harus diperkuat melalui kepemimpinan yang kuat dan berkarakter. (*)

Copyright © ANTARA 2008