Banyak petani yang baru menanam namun sudah diganggu hama ulat, kalau sudah sangat menganggu biasanya kami semprot dengan pestisida
Purwokerto (ANTARA) - Sejumlah petani di Desa Datar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengeluhkan serangan hama ulat pada tanaman jagung yang dikhawatirkan dapat mengganggu produktivitas tanaman tersebut.
"Pada musim kemarau ini banyak hama ulat yang cukup menganggu," kata Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki, Warsito di Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Hama ulat, kata dia, banyak dijumpai pada tanaman jagung yang masih muda atau yang baru ditanam.
"Banyak petani yang baru menanam namun sudah diganggu hama ulat, kalau sudah sangat menganggu biasanya kami semprot dengan pestisida," katanya.
Baca juga: Kementan waspadai sebaran hama ulat grayak pada jagung
Dia menambahkan, setelah dilakukan penyemprotan maka biasanya hama ulat akan jauh berkurang dan tanaman bisa tumbuh dengan lebih optimal.
Sebelumnya, dia mengatakan bahwa sejumlah petani di desanya tengah memanfaatkan musim kemarau dengan menanam jagung mengingat tanaman tersebut potensial dikembangkan di lahan tadah hujan.
"Pada musim tanam ketiga atau saat musim kering banyak yang tanam jagung karena tidak memerlukan air yang melimpah," katanya.
Dia menjelaskan, sejak bulan Juni 2019 curah hujan di wilayah setempat mulai menurun sehingga memengaruhi ketersediaan air irigasi.
"Air mulai sulit sehingga petani di desa kami tidak berani menanam padi dan lebih memilih menanam jagung," katanya.
Dia menambahkan, ada sekitar 10 hektare lahan tadah hujan di desa datar yang ditanami jagung pada musim tanam ketiga ini.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Ponendi Hidayat mengingatkan petani agar selalu mempertimbangkan musim saat menanam.
"Musim kemarau memang banyak hama yang berkembang biak sesuai siklus hidupnya," katanya.
Selain itu, dia juga mengingatkan petani untuk bijak dalam penggunaan pestisida pengendali hama.
Baca juga: Kementan antisipasi serangan hama ulat grayak di Indonesia
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019