Bandung (ANTARA News) - Indonesia perlu suatu kebangkitan baru dengan semangat baru dan bukan dengan sekadar menciptakan mitos baru sebagai hal-hal bersifat seremonial melainkan komitmen bersama seluruh bangsa menata kembali secara konseptual dan fundamental karakter kebangsaan.Demikian benang merah dari Seminar 100 Tahun Kebangkitan Nasional bertema "Membangun Optimisme Baru dalam Kebangkitan Daya Saing" di Sasaba Budaya Ganesa ITB Kota Bandung, Sabtu.Hadir sebagai pembicara pada seminar nasional itu tiga Ketua Lembaga Tinggi Negara yakni Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ketua DPR Agung Laksono, Ketua DPD Ginanjar Kartasasmita serta Panglima TNI Jenderal (TNI) Joko Santoso.Dalam seminar yang dihadiri sekitar seribu peserta dari kalangan birokrat, akademisi, muspida, mahasiswa, LSM dan tokoh masyarakat itu juga diungkapkan pudarnya moralitas hidup berbangsa dan bernegara mengakibatkan rusaknya sistem hukum, demokrasi dan kepentingan nasional yang dicita-citakan "the founding fathers" bangsa Indonesia. "Kebangkitan Nasional kali ini harus menjadikan pendidikan sebagai hal utama dalam menata karakter kebangsaan manusia Indonesia dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia," kata Ketua DPR Agung Laksono dalam paparannya. Ketua DPR mengaku prihatin dengan penurunan yang ditandai semakin kaburnya rasa kebangsaan di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan di kalangan kaum terpelajar sekalipun. "Pendidikan merupakan sarana paling strategis untuk membangun masa depan bangsa," katanya. Sementara itu Ketua MPR Hidayat Nurwahid dalam paparannya mengungkapkan momen 100 Tahun Kebangkitan Nasional harus diikuti dengan komitmen meningkatkan sikap toleransi dalam kehidupan multikultur di Indonesia. Selain itu ada gerakan moral dari rakyat untuk bangkit bersama keluar dari permasalahan yang dihadapi bangsa ini, salah satunya menata kembali karakter kebangsaan dan moralitas melalui peningkatan SDM. "Seratus tahun usia kebangsaan kita, seharusnya lebih dari cukup untuk mampu merefleksi suatu semangat baru dalam memperkuat semangat kebangsaan," kata Hidayat Nurwahid. Kebangkitan Sementara itu Panglima TNI Jenderal (TNI) Joko Santoso menegaskan perlunya belajar dari semangat kebangkitan yang dipelopori Budi Utomo tahun 1908. "Melalui pergerakan Budi Utomo yang tidak sepi dari berbagai ancaman dan tekanan, mereka berhasil membangun nasionalisme yang muaranya adalah persatuan dan kesatuan. Kita semua harus belajar dari semangat itu," kata Joko Santoso. Dalam kaitan ketahanan dan pertahanan nasional, menurut Joko merupakan tugas berat yang haru dipikul oleh seluruh komponen bangsa. "Kokohnya pertahanan dan ketahanan nasional ditentukan oleh keberhasilan pembangunan nasional yang diawaki oleh sumber daya manusia yang tangguh memegang teguh kultur dan jati diri bangsa Indonesia," katanya. Dengan demikian, kata dia, dihadapkan dalam kondisi riil ketahanan dan pertahanan nasional terdapat tiga program mendasar yakni membangun kualitas SDM, memperkokoh ketahanan nasional dan memperkokoh pertahanan negara.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008