Pontianak (ANTARA) - "Kami bersyukur dalam waktu dekat merdeke dari kegelapan", kata Hadi Yudiarto, warga Dusun Gayung Bersambut, Desa Selakau Tua, Kecamatan Selaku Timur, Kabupaten Sambas, Kaliamntan Barat. Merdeka adalah logat Sambas untuk menyebut kata merdeka.
Ungkapan itu disampaikan Hadi karena dalam waktu dekat dusun mereka akan dialiri listrik. Saat ini proses pemasangan jaringan hampir selesai.
Masuknya listrik PLN tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dari penuturan warga, perjuangan untuk mendapatkan aliran listrik negara tersebut dilakukan sejak 12 tahun silam. Entah berapa kali pertemuan, rapat dan proposal diajukan agar desa mereka merdeka dari kegelapan. Bertepatan dengan HUT Ke- 74 RI, keadaan terang benderang sudah di depan mata. Pada September 2019, jika tidak ada halangan, masyarakat desa itu sudah bisa merasakan listrik dari PLN tersebut.
"Kita sebentar lagi merasakan merdeke. Merdeke dari kegelapan. Akhirnya kami merasakan listrik dari PLN," ujar Hadi melanjutkan.
Tantangan terberat atau menjadi satu di antara faktor daerah tersebut lama tersentuh listrik PLN adalah akses jalan. Jalan yang sempit dan jembatan yang ada tidak bisa dilalui oleh kendaraan untuk memasukkan material atau tiang listrik.
Namun, pada 2019 ini tantangan yang ada terjawab dengan komitmen dan kerelaan warga yang bersedia untuk bergotong-royong mengangkut material. Masyarakat dengan rela dan ikhlas tanpa dibayar bahu membahu memikul tiang listrik agar bisa masuk ke dusunnya. Bahkan untuk menyeberang sungai melalui air, tiang harus diberi pelampung dan dibawa melalui sungai.
Mayoritas warga di wilayah dengan 300-an kepala keluarga tersebut pada turun ke lapangan. Pasalnya dari jarak mobil yang membawa material hingga ke titik tiang yang harus dipasang jauhnya sekitar 8 kilometer.
Selama ini, Hadi menyebutkan, untuk penerangan ketika malam hari atau untuk menggunakan peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik dan lainnya, warga harus menggunakan mesin genset. Waktu penggunaannya pun sangat terbatas, yakni hanya sekitar dua jam saja. Hal itu karena biaya operasional yang tinggi. Pelita menjadi solusi paling bersahabat bagi mereka untuk penerangan.
"Tentu mahal kalau menggunakan genset. Setiap operasional bisa mencapai Rp20.000. Itu pun waktunya terbatas. Dengan masuknya PLN, kami sangat gembira karena tentu sangat jauh lebih hemat," kata dia.
Hadi dan beberapa warga lainnya, untuk mendukung Program Listrik Masuk Desa (Lisdes) tersebut selain rela bergotong-royong untuk mengangkut material, mereka juga rela pohon sawitnya harus ditebang karena dilalui jaringan. Ada sekitar 60 batang sawit miliknya dari sekitar 500 batang sawit milik warga yang ditebang. Setiap batang sawit tersebut satu Rupiah pun tidak ada tuntutan ganti rugi dari warga. Padahal sawit yang ada mayoritas sudah berproduksi atau sudah berumur sekitar 6- 8 tahun. Jika dikonversikan untuk ganti rugi diperkirakan warga yakni Rp800.000 - Rp100.000 per batang. "Kami tidak mau ganti rugi, demi kepentingan bersama dan asal listrik masuk, kami ikhlas pohon sawit, karet dan lainnya ditebang tanpa ganti rugi," ujar dia.
.
Pemdes Sambut Baik
Pemerintah Desa Selakau Tua melalui Kepala Dusun Gayung Bersambut, Yanto mengatakan bahwa pihaknya sangat menyambut baik dan penuh suka cita dengan program Lisdes PLN. Pasalnya apa yang ada adalah harapan terbesar dan cita-cita seluruh masyarakat untuk bisa menikmati listrik seperti warga desa atau dusun lainnya di negeri ini.
Ia pun sangat mengapresiasi dukungan, kekompakan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam mendukung Program Lisdes dari PLN sehingga bisa terealisasi dengan cepat. Menurutnya tanpa dukungan dan gotong-royong warga maka entah kapan dusun mereka merdeka dari kegelapan.
"Kami dari masyarakat dan Pemdes telah berjuang 12 tahun untuk mengusulkan adanya listrik di dusun kami ini. Alhamdulillah dan terima kasih kepada masyarakat, PLN dan semua pihak yang mendukung ini semua," ucap dia.
Dukung Kemajuan Desa
Humas PLN Unit Induk Wilayah (UIIW) Kalbar Hendra mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi masyarakat di Dusun Gayung Bersambut yang rela bergotong-royong mengangkut tiang listrik ke dusunnya demi penerangan dari PLN.
“Kami dari PLN menyambut baik sekaligus mengapresiasi antusias masyarakat untuk membantu pihak vendor proyek untuk memasukkan material, terutama tiang listrik ke lokasi dusun mereka yang tidak bisa dijangkau kendaraan," kata dia.
Hendra menyebutkan masuknya tiang listrik di dusun tersebut yang selama ini belum menikmati listrik PLN sebagai wujud dan semangat PLN untuk menerangi Kalimantan Barat.
“Proyek tersebut masuk dalam program listrik desa Tahun 2019. Dengan begitu dipastikan tahun ini di Sempadang dan termasuk Dusun Gayung Bersambut sudah bisa terang benderang,” ujar dia.
Ia berharap dengan adanya listrik masuk di dusun tersebut bisa mendorong kemajuan desa atau daerah, baik di bidang ekonomi, pendidikan dan lainnya.
“Kami mengingatkan juga kepada masyarakat untuk tidak menerima tawaran pemasangan listrik baru dan murah ketika jaringan terpasang. Kami akan terlebih dahulu sosialisasi soal pemasangan ini,” katanya.
Kelistrikan Kalbar
Manager Subbagian Perencanaan Sistem PLN UIW Kalimantan Barat Harsian mengatakan bahwa kondisi sistem kelistrikan di Kalimantan Barat sudah sangat kondusif. Rata-rata daya mampu pembangkit di seluruh daerah berada jauh dari kebutuhan masyarakat, terutama saat beban puncak, antara Jam 17.00 - 22.00 WIB. Melayani sekitar 1,1 juta Pelanggan, PLN Kalbar mempunyai daya terpasang sebesar 1.603 MVA.
"Bahkan di beberapa sistem, terutama Sistem Khatulistiwa, sudah surplus," kata dia.
Menurutnya saat ini di sistem tersebut penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sudah di atas target nasional. Penggunaan EBT dari pembangkit dan lainnya sudah di atas 40 persen.
"EBT selain ramah lingkungan juga tentu lebih efisien. Pembangkit dari bahan bakar fosil terus kami tekan. Kami saat ini terus memaksimalkan pelayanan dengan meningkatkan keandalan listrik di Kalimantan Barat," kata dia.
Untuk menjaga keandalan pasokan listrik pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk mengikhlaskan pohon serta tanaman tumbuh miliknya untuk dapat segera dipangkas agar tidak mengganggu aliran listrik, serta tidak bermain layang-layang, terutama dengan menggunakan tali kawat.
"Listrik itu milik kita bersama, karena kita juga yang menikmatinya, maka mari kita sama-sama menjaganya," tutur Harsian.
Baca juga: Masyarakat Selakau gotong-royong angkut tiang listrik demi penerangan
Baca juga: 80 desa di Pulau Nias masuk Program Lisdes 2019
Pewarta: Dedi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019