Kediri, (ANTARA News) - Umbul-umbul bertuliskan "Jalur Merah Putih" masih tertancap di halaman Balaikota Kediri, demikian juga pernik-pernik bekas kemeriahan yang berserakan di Jalan Basuki Rahmat, Kediri, Jawa Timur, usai pelepasan iring-iringan tur motor gede dari tempat itu. Walikota Kediri HA Maschut melepaskan rombongan sepeda motor besar alias motor gede (moge) yang melakukan tur bertajuk "Jalur Merah Putih" pimpinan Sophan Sophiaan, Sabtu pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Selang tiga jam berlalu, kabar duka datang, Sophan Sophiaan meninggal dunia dalam kecelakaan moge di Jalan Raya Ngawi-Sragen. Moge yang dikendarai Sophan Sophiaan dilaporkan mengalami selip terjeblos ke lubang jalan saat melintas di Km 18-19 Ngawi-Sragen, tepatnya di Desa Planglor, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi atau beberapa kilometer menjelang perbatasan Jatim-Jateng. Beberapa jam sebelum tragedi itu terjadi, aktor kawakan di era 1970-1980-an itu sempat berbincang-bincang serius dengan Maschut. Bahkan beberapa saat sebelum meninggalkan Kediri untuk meneruskan perjalanan menuju Sragen dan Karanganyar, Jateng, Sophan memberikan jaket berwarna merah dengan motif putih gading kepada orang nomor satu di "Kota Tahu" itu. Sophan Sophiaan dan rombongan yang berjumlah 270 orang lebih itu tiba di Kediri pada Jumat (16/5) sore. Berbagai acara penyambutan digelar secara khusus di Balaikota Kediri. Lalu malam harinya acara dilanjutkan di kawasan wisata, Gua Selomangleng, sekitar tiga kilometer dari Balaikota Kediri. Sophan sempat berbicara mengenai nasionalisme di panggung yang disediakan pihak panitia di obyek wisata yang berada di lereng Gunung Klotok itu. Dalam kesempatan itu, dia meminta masyarakat agar tidak sinis terhadap kegiatan yang dilakukan tim "Jalur Merah Putih" itu. "Sinisme-sinisme itu harus dihilangkan dan media jangan pula membesar-besarkannya," kata suami aktris Widyawati itu di kawasan Gua Selomangleng, Jumat (16/5) malam. Menurut dia, tur yang dilakukannya itu bertujuan untuk merevitalisasi kebangkitan bangsa yang saat ini telah memasuki usia 100 tahun. Dari Jakarta rombongan ini singgah di Rengasdengklok, Cirebon, Rembang, Surabaya, dan Kediri. "Bahkan kami telah memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena gizi buruk di daerah-daerah itu," kata mantan anggota DPR dari Fraksi PDIP itu. Ia mengaku merasa prihatin, jika ada masyarakat yang mengaitkan kegiatan itu dengan perilaku pemborosan di tengah krisis energi yang terjadi saat ini. "Tolong jangan hanya dilihat pemborosannya, tapi tujuan yang kami lakukan betul-betul ingin mengingatkan masyarakat akan makna nasionalisme. Terus terang, sekarang ini bangsa kita sedang mengalami degradasi," katanya. Oleh sebab itu, dia mengajak rakyat Indonesia untuk kembali bersatu membangun negeri ini. "Marilah kita hilangkan perbedaan-perbedaan. Kita harus sama-sama membangun bangsa ini," katanya sebagai pesan pamungkas sebelum ajal menjemputnya tiga jam kemudian.(*)
Oleh oleh M.Irfan Ilmie
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008
Ternyata Allah masih mau mengingatkan ke angkuhan orang2 sombong. Kecelakaan itu murni doa dari rakyat yg di tindas. Jangan mengatas namakan rakyat bila ujung2nya hanya berfoya-foya. Semoga orang yg seperti dia bisa habis tanah nusantara ini. Akhir kata Sukurin Loh
Ha..Ha..Ha...
Kalau kami sebagai rakyat tidak minta yang muluk muluk sama pemerintah, yang penting Negara Aman, kami bisa beraktifitas dengan tenang. Bisa hidup dengan layak, mampu membiayai hidup, sekolah anak tidak terlalu berat seperti sekarang, baru kenaikan kelas harus bayar biaya daftar ulang lagi MAHAL.. bisa bodoh kalau nggak mampu bayar ya.