Pontianak (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui kemajuan dunia usaha di Indonesia masih bertumpu pada dukungan kekuatan politik daripada kemampuan teknikal dan profesional, sehingga pengusaha sering melakukan lobi politik untuk menguasai pasar konsesi.Hal itu disampaikan Jusuf Kalla dalam sambutan yang dibacakan Menteri Pertanian Anton Apriyantono saat menghadiri Dies Natalis ke-49 Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, di Auditorium Untan, Pontianak, Sabtu.Menurut dia, masih banyak ditemui pelaku impor yang "nakal", adanya pelarian modal ke luar negeri, serta praktik-praktik usaha yang tidak baik namun dilakukan pelaku bisnis Indonesia. Sejak krisis ekonomi, pemerintah telah melakukan berbagai strategi kebijakan untuk meletakkan kembali pondasi ekonomi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkualitas dan berkelanjutan. Namun kenyataannya pertumbuhan ekonomi masih di bawah 7 persen, belum dapat mengimbangi peningkatan kuantitas dalam mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan. Sementara hampir di seluruh provinsi di Indonesia mengalami permasalahan klasik yakni terbatasnya sumber daya yang dimiliki sehingga pemanfaatan sumber daya alam menjadi tidak maksimal. "Pencapaian target investasi rata-rata kurang dari 50 persen," katanya. Investasi pemerintah berbentuk alokasi belanja publik dalam tujuh tahun terakhir cenderung membaik terutama untuk mengatasi permasalahan struktural seperti persoalan prasarana pemerintahan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat nilai realisasi investasi 2007 (Januari-15 September) tercatat Rp125,94 triliun atau setara 13,99 miliar dolar AS, atau melonjak sebesar 169,02 persen dibanding realisasi investasi 2006 yang tercatat Rp74,51 triliun atau 8,28 miliar dolar AS. BKPM juga mencatat selama 2007, sektor yang menduduki peringkat tertinggi investasi PMDN yaitu industri kertas, barang dari kertas dan plastik mencapai Rp14,54 triliun, dengan delapan proyek. Disusul industri makanan senilai Rp5,13 triliun (24 proyek), selanjutnya industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronika senilai Rp3,54 triliun (17 proyek), tanaman pangan dan perkebunan Rp3,4 triliun, dan sektor konstruksi Rp2,11 triliun (4 proyek). Investasi PMA tertinggi di sektor transportasi, gudang, telekomunikasi dengan nilai Rp29,61 triliun (41 proyek), disusul industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi sebesar Rp14,49 triliun (32 proyek), industri logam dasar, barang logam, mesin elektronika Rp6,33 triliun (98 proyek). Adapun industri makanan Rp6,2 triliun (53 proyek), dan industri kertas, barang dari kertas dan plastik Rp6,08 triliun (11 proyek).(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008